Kartini

Monday, November 26, 2012 | me | Be the first to comment!



 
Jepara, 1899
Here I am…
Aku tak tahu mengapa aku tiba disini. Jepara, sebuah kabupaten kecil disebuah Negara yang jauh dari kesan modern. Mesin waktu bekerja dengan baik.Ok…where are u now…
Aku berjalan dilingkungan yang kotor, orang-orang pribumi itu menatapku heran dan mundur perlahan saat aku melewati mereka.O…o… I see…. Penampilanku. Tentu saja, ini kan 250 tahun yang silam, girl!! Sekarang….cari tempat yang sepi and then… Simsalabinm!!! Aku berubah. Aku tertawa geli melihat penampilanku sekarang, look… sekarang aku sama dengan orang-orang kumuh itu. Microchip mengubah suara dan penyesuaian bahasa pun sudah aktif, and… it’s time to looking for Kartini…
California , 2149
“You are a crazy girl!! You know that!!” Prof. Bill masih tak percaya ketika ku utarakan keinginanku.
I’m not crazy, Prof. I just a smart girl”. Prof Bill terkekeh, ini pertanda baik.
“dan wanita itu…Kartini…She was a smart girl too. Please..”Ujarku penuh harap.
Lelaki paruh baya itu menghela nafas. Ia masih menatapku, mencari kesungguhan dalam mata biruku.
“And… why…? Why do u want to meet her? She’s just an Indonesian girl, I said… Indonesian girl, u know??
Yes… I know all about Indonesia. Sebuah negri yang gadis-gadisnya bodoh, setif\daknya saat ini. Mereka mengikuti saja gaya hidup kami, orang barat. Ah…hal itu juga yang menyebabkan Negara itu porak poranda.
“Hallo…???” Profesor berkacamata itu menyadarkanku.
“emmm… I don’t know, ada sesuatu didalam tulisannya, sesuatu kekuatan yang menarikku, agar aku tahu sesuatu. Apalagi setelah kubaca berulang-ulang buku tua ini”. Aku memperlihatkan sebuah buku tebal berbahasa Belanda berjudul “Door Duisteenis tot lich”, habis gelap terbitlah cahaya. Buku itu kutemukan direruntuhan gedung tua saat bereksplorasi di Belanda.
“What the power??”Tanyanya dengan mata membesar.
Aku terdiam, tak yakin dengan apa yang akan kukatakan. “Like God maybe…?”, ia tertawa. Oh..jawaban bodoh. Entah mengapa kata itu terlintas dibenakku. Remember girl!!! Tuhan itu Cuma khayalan orang-orang bodoh yang putus asa.
Aku terus membujuk Prof. Bill, sampai pada akhirnya ia bersedia mengirimku ke abad 19, Indonesia . Saat itu yang terlintas dibenakku adalah petualangan. Aku seharusnya menyadari bahwa hidupku akan berubah setelah ini.
*          *          *          *
Jepara, 1899
Yeah…tak susah menemukanmu, Kartini. Komputer sudah merekam wajahmu dalam lensa hitam palsu dimataku dan target didepan mata. Saat ini chip dimataku sangat berguna, dibalik dinding sebuah rumah besar, ku lihat seorang gadis jawa berwajah teduh, sedang membaca sebuah buku. Aku jadi penasaran, kuarahkan pandanganku pada buku tersebut, dengan chip ini aku bahkan bisa membaca buku yang berjudul “Moderne Maagden”  itu, that’s a great book. Hei..gadis manis, teruskan membacamu. Kubidikkan sebuah penyadap kecil ditelinga Kartini hup…sekarang aku bebas mengamatimu.
*          *          *          *
California , 2149
“Ingat pesanku! Kau hanya punya waktu sedikit, waktu itu akan menutup disaat yang tidak kau duga. Kau harus kembalidisaat sinyal memanggilmu. Jika terlambat, kau akan terperangkap selamanya.”
Pesan yang cukup mengerikan, buat orang yang pengecut. Aku gadis yang tak kenal takut, karena aku wanita yang kuat. Bahkan aku menawarkan disaat Prof. Bill mencari sukarelawan untuk mencoba mesin waktu untuk pertama kalinya. Dan nyatanya…. Aku selamat.
*          *          *          *
Jepara, 1899
Hari-hariku kulewatkan dibalik rumah yang kusewa dari pemerintah Belanda (tentu dengan mengubah penampilanku). Untuk mengamati Kartini aku menggunakan microcamera, sesekali aku berjalan-jalan melihat lingkungan yang telah membesarkan Kartini, menjadi seorang yang menarik hatiku, membuatku ingin tahu.
Dunia Kartini sama sekali tak pernah kubayangkan, dunia dan masa dimana sangat diremehkan, dikekang dengan sesuatu yang mereka sebut adat. Tentu saja mereka menjadi bodoh, bersekolah saja tidak boleh. Ironisnya, di Indonesia, dimasa lahirku, kaum wanita jauh lebih bodoh. Mereka berpendidikan tinggi, tetapi masih percaya pada horoskop yang bangsaku buat untuk membodohi mereka, mereka juga mengikuti fashion kami, yang sebenarnya dibuat untuk menghancurkan mereka.
Kartini yang beruntung dapat menikmati pendidikan, kini tanpa sadar membawa cita-cita pada kegagalan. Bayangkan…. Selangkah lagi ia akan berhasil, ia malah menerima lamaran seorang laki-laki yang tidak ia kenal sebelumnya, bahkan ia berkata “saya akan melakukan kewajiban saya, tiadalah sebagai seorang perempuan yang berdiri sendiri, karena seorang laki-laki yang cakap mulia akan membantu dalam usaha saya, bagi keperluan bangsa kami”
Satu hal yang tak kumengerti dari dirinya, rasa cintanya pada bangsanya. Oh Kartini…siapa dirimu..??
Hari-hari terus berlalu, pelan-pelan aku mulai mengerti Kartini. Gadis seperti dia ternyata percaya pada Tuhan, bahkan Tuhannya tidak pernah dilihatnya. Sahabat-sahabat penanya  yang berasal dari barat pun tak membuatnya ragu akan keberadaan Tuhannya, yang ia sebut Allah. Benarkah itu…?
*          *          *          *
Aku mulai berkomunikasi dengannya lewat surat . Waktuku tinggal sedikit, sementara aku  belum menemukan apa yang aku cari. Pelan-pelan kutanyakan soal Tuhannya, agamanya dan juga cita-citanya.
“aku tak punya jasa apa-apa dalam kebebasan  wanita. Aku hanya meneruskan perjuangkan Rasulullah”, ujarnya dalam salah satu suratnya padaku. Satu hal yang membuatku bingung, Rasulullah…Nabi Muhammad…Siapa lagi itu? Aku koq begitu bodoh ya….
*          *          *          *
Hari ini Kartini untuk pertama kalinya bertemu denganku. Ia harus menjawab semua pertanyaanku kali ini. Tapi ia hanya punya satu jawaban, sebuah buku bersampul indah. Ini Al-Qur’an katanya. Ia belajar segala hal dari buku itu, namun masih sedikit sekali yang dapat ia mengeri, karena tulisan-tulisan Arab yang tak ia kuasai, itu menjadi kendala. Oh..kartini, itu bukan masalah. Dengan chip penterjemah akan kuterjemahkan untukmu, semua buku ini. Tapi tiba-tiba… Sinyal itu muncul, mendengung-dengung ditelingaku. Oh…aku harus pergi. Sorry, Kartini … aku bawa Al-Qur’an ini, kelak aku akan kembali. Lagipula…aku belum dapat yang kucari. Sebelum meluncur lewat  kubah waktu, kubidikkan blitz kematanya, sebuah cahaya biru menenggelamkanku dalam pusaran waktu.
Goodbye Kartini…kau tak akan ingat apa-apa tentangku, tentang Margareth Duncan.
*          *          *          *
California 2149
“Bagaimana, sudah dapat power itu?” Prof Bill memelukku erat.
“belum…tapi akan kucari lagi. I got something, this book” ku tunjukkan sebuah buku yang ku ambil dari Kartini.
Professor Bill Harisson menatap Al-Qur’an ditanganku. Ia berulang-ulang memandangku dan  Al-Qur’an bergantian.
“Buku ini? Boleh aku pinjam, margareth?” pintanya. Ada maksud lain dalam nada usaranya, oh… semoga saja ini hanya dugaanku.
“Sorry Prof, tapi aku harus egera pulang, aku sudah rindu pada keluargaku. Thanks Prof” Aku segera  pergi meninggalkan Prof Bill yang masih menatapku dingin. Tanpa kusadari, beberapa saat setelah kepergianku, ia menghubungi seseorang untuk mengawasiku.
Aku segera membaca detail-detail isi Al-Qur’an, apa yang ada didalamnya membuat kuterperangah. Buku itu memut segalanya, tentang alam, wanita, sains dan lainnya. Prof. Bill pasti tertarik, dan satu hal paling membuatku kagum… semua isinya berkata “Hanya Allah Tuhan seluruh alam”. Allah?? Ada hangat yang menjalar dalam hatiku saat aku menyebut nama itu. Allah?? Inikah yang kucari.
“Prof, anda pasti terkejut atas apa yang akan aku tunjukkan, Tuhan itu benar-benar ada. Dan hanya Allah… Lihat ini, Prof!!!” aku tak meneruskan kata-kataku ketika kusadari mata seorang pria dihadapanku itu terlihat marah.
“Margareth, kau terlalu banyak tahu. Sudahlah…lupakan semua!!”
No, I can’t, semua orang harus tahu tentang hal ini. Orang-orang tidak boleh tidak tahu tentang Allah…..”
“Aku tak mau berurusan dengan ini, Margareth. Kau sudah seperti orang Islam yang teroris itu”
“Bukan  Prof, anda tidak tahu tentang islam dalam Al-Qu’an..” Aku ternganga melihat sepucuk pistol yang diarahkan anak buah Prof. Bill padaku.
“A…apa ini….?
Prof. Bill memberikan sebuah tablet padaku.
“Margareth, kau hanya sakit. Ayo minum ini, dan kau akan lupa tentang hal-hal bodoh tentang Kartini dan Allah-mu itu. Aku menyesal mengirimmu kesana”
Ti…Tidak Prof, no, don’t do that..!!
“Atau…. Kau lebih suka mati?”
“Kenapa kau melakukan ini, Prof?”
“Kau akan merusak rencana para Jewish, Margareth. Ayolah… kau tak akan rugi apa-apa”. Ia memaksaku menelan tablet itu, lalu merebut Al-Qur’an yang kupegang.
Aku histeris, ku terkam ia kuat-kuat. Ada kekuatan yang menggerakkanku untuk melindungi buku itu. Tapi… suara letusan kecil itu merobohkanku.
Aku tak bisa merasakan apa-apa, aku bahkan tak bisa mencegah Prof. Bill merobek-robek Al-Qur’an itu. Yang terakhir kulihat adalah bayang-bayang Kartini, dengan senyum arifnya ia berkata, “cepat kembali, Margareth, beritahu aku semua isi Al-Qur’an”.

*          *          *

Anak-anak yang lucu

Wednesday, November 14, 2012 | me | Be the first to comment!



 Gak punya ide mau nulis apa sore ini. Sembari menunggu waktu pulang kantor jam 17 dan teman2 kantor lagi asyik nonton pertandingan bola antara Indonesia vs Timorleste (katanya, saya gak ngeh juga, hehehe). Inilah kehebohan mereka hehehehe....



Sore ini saya kangeeeeeeeeeeeeennnnn banget dengan ponakan, adik sepupu dan anak tetangga saya ini. Inilah wajah2 lucu mereka *kiss
Yang ini namanya Muhammad Seno Aji, anaknya pertama tante saya (adik bungsu ibu). Dari kecil dia ini paling dekat dengan saya, dan paling manja sama saya. sekarang umurnya kurang lebih 5 tahun. sudah TK nol kecil. Genduuuuuuuuuut dan ngegemesin. Anak ini ada di Pontianak :(
Ini adiknya si abang Seno, panggilannya dedek, nama lengkapnya Muhammad Raihan Rifaldi :)
Nah kalo ini, kakak adik Evan Sri Kuncoro dan Fitria Sri Kuncoro. Dari namanya jelas ketauan kalo anak2 ini dari klan Sri Kuncoro hehehehe. ya... mereka ponakan saya dari sebelah suami saya. Mereka anak kakak ipar saya mas Hermawan Sri Kuncoro. Si kakak, Evan (cute boy) sekarang duduk di bangku Play Group. Kalo si adek, Fitri masih belum sekolah. Miss u dear :)





A place called home

Wednesday, November 14, 2012 | me | Be the first to comment!
A place called home

setiap pasangan yang telah menikah tentunya punya impian untuk dapat memiliki rumah. Rumah adalah istana, tempat berteduh, berbagi cerita dan tentunya tempat kita bisa berkumpul dengan orang2 tercinta.

Alhamdulillah... puji syukur tak terhingga kepada Allah SWT karena diusia saya yang sekarang 27 tahun dan suami 35, kami telah memiliki sebuah hunia, a place called home.....

Proses kami sampai dengan kami bisa memiliki rumah tersebut bukanlah mudah. Bukan karena dapat warisan atau ketiban rejeki nomplok atau rejeki tak terduga lainnya. Rumah yang kami miliki adalah murni hasil dari kerja keras kami berdua. Meski masih mencicil sampe tahun 2027 (semoga rejeki kami terus dimudahkan), tapi suatu kepuasan, kebahagiaan karena kami sudah bisa punya rumah nan cantik ini yang terletak di Jalan Wonorejo Balikpapan.
 


Rumah kami luasnya 90m2, dengan luas tanah 256M2. Sebenarnya rumah ini bukan rumah yang kami bangun, tapi kami membelinya dari orang lain. Waktu itu harganya masih 350 juta rupiah. Awalnya agak kurang sreg dengan rumah ini, karena jueeeeleeekkk bangeeeettt. Untungnya suami saya punya feeling yang bagus untuk melihat prospek rumah ini kedepannya, cieeeee.... Dan inilah tampilan rumah kami sebelum direnovasi seperti di atas.

Bicara interior rumah, rumah saya bisa dibilang masih simple, belum ada apa2nya. karena juga baru kami huni Juni 2012 kemaren (dibeli Desember 2011). Oiya... rumah saya ini terdiri dari 3 kamar, dan 1 mushala (tapi sementara ini berfungsi sebagai gudang :D). Beberapa isi rumah saya yaitu kitchen set, kursi tamu, meja makan, kulkas, tv dll. this is it




 Hmmmm..... Impian saya sekarang cuma satu, yaitu bisa terus berada dirumah itu setiap hari, karena saat ini saya masih bekerja di Jakarta dan suami saya masih bekerja di Samarinda. Sementara ini yang tinggal dirumah kami adalah orang tua saya.

Sebagai informasi tambahan, saat ini kami sedang membangun kost-kostan dengan memanfaatkan lahan kosong dibagian belakang dan samping rumah. lagi2... suami sayalah yg punya ide itu, dan saya cuma ikut sajaaaaa. Katanya buat usaha sambilan kami. Ya... Good idea :). Ini foto bagian belakang rumah saya yang sedang kami renovasi untuk usaha kost-kostan di lantai atasnya. Semoga semua rejeki kami dimudahkan agar kostnya segera jadi. Amiiinnn.....



Tulisan pertamaku

Wednesday, November 14, 2012 | me | Be the first to comment!
Iseng2 buka email beberapa tahun yang lalu, tepatnya 6 Februari 2007, ternyata saya pernah membuat tulisan ini dan mengirimkannya kepada seorang sahabat yang sampai detik ini pun belum pernah saya saya temui secara langsung. Katanya cara bertutur saya dalam tulisan ini seperti Ayu Utami, hehehehe... whatever lah.. saya cuma belajar menulis. And... this is it.... sedikit cerita saya tentang hujan :)
Hujan dan memoar tentang cinta
 
 
Titik-titik   hujan merangkai suasana sendu…
 
Hujan senantiasa memberi saya inspirasi-inspirasi tak terduga. Perpaduan gerak tetes-tetesnya membentuk bias-bias gambar dimana-mana, ditiap helai daun diluar sana , dikaca jendela dan juga hati saya.
Tentang yang ada dihati saya, entah mengapa menampakkkan sekian episode masa lalu. Flash Back… seperti film dokumenter tempoe doeloe, begitu hidup..begitu dekat.. . seperti baru kemaren.
Titik-titik hujan melagukan tema masa lalu..
 
Bicara soal hujan, saya menyebutnya bicara soal  “Destiny”. Ya… turunnya hujan kebumi adalah takdir  dari Tuhan. Ia bisa membawa kesuburan akan tetapi bisa juga menjadi penyebab bencana. Hujan adalah kehendaknya. Begitupula masa-masa yang saya lewati juga adalah kehendaknya.
Hujan selalu punya momen tersendiri bagi saya. Mungkin sedikit romantis atau cenderung melankolis tapi ini bukan hiperbola. Ya, berkali-kali saya jatuh cinta, ada saja kenangangannya dengan hujan. Walaupun tak pernah seindah seperti film-film Bolliwood.
Titik-titik hujan membuka fikiranku tentang sudah begitu lama semuanya berlalu.
 
Rasanya, terakhir musim hujan  berlalu, adalah terakhir saya mendapat keputusan bahwa seseorang yang sangat saya cintai dan saya kira bisa menemani meniti hidup, ternyata bukan takdir saya. Waktu itu cukup bingung juga untuk membedakan deras titik hujan dan tetesan air mata serta ekspresi saya yang sedikit melankolis. It’s Human being. Isn’t it?? Dikhianati memang menyakitkan. Saya trauma.
Kemudian saya juga ingat musim hujan terakhir ketika saya merasa amat damai kala merasakan jatuh cinta lagi. Lima tahun lalu, melalui sebuah Mailing List di internet. Sedikit gambling dan tak yakin memang berteman dengan seseorang dari dunia maya, walaupun dia nyata ada diseberang lautan sana . Tapi proses itu terus berjalan, menjajaki pribadi satu sama lainnya, hingga memasuki pertengahan tahun ketiga dari perkenalan itu akhirnya saya mulai berani sedikit terbuka terhadap perasaan saya.Keyakinan itu semakin bertambah ketika dia menyatakan ingin bertemu dengan saya. Nekad. Ah, rasanya tak mungkin. Tapi saat itu 25 Februari 2006, sabtu siang hujan mengguyur kota khatulistiwa, dia berdiri tepat dihadapan saya. Unbelievable. Itu pertama kalinya saya melihat orang yang slama ini saya fikir cuma iseng saja.
Hampir setahun berlalu, cinta itu hampir tak dapat dipercaya, tapi dia ada dan semakin dekat. Saat ini saya sedang menghitung hari menunggu datangnya 25 Februari kedua. Dimana pada saat itu, pangeran bebek itu akan datang menjemput saya dan membawa saya keistanannya (pastinya dengan tidak membawa virus flu burung J )
Titik hujan menyadarkan saya tentang takdir Tuhan….
 
Memang cinta itu bukan hak. Betapapun saya pernah mencintai seseorang dengan sepenuh jiwa dan menganggap dia adalah jodoh saya, tapi ternyata salah. Malahan orang yang dulunya sama sekali tak pernah ada dalam mimpi saya sekalipun, bahkan saya sebut dengan “Pangeran Bebek” ternyata adalah jodoh yang Tuhan berikan untuk saya, InsyaAllah.
Titik-titik hujan itu mengajarkan saya menikmati hidup apa adanya…
 
Hujan tak pernah dibuat-buat. Dia turun sesuai perintah sang empunya. Dia juga tak pernah menyesal telah membasahi bumi. Begitu pula hidup, mestinya berjalan apa adanya, menikmati setiap kehilangan, keperihan yang perlahan menjelma menjadi nikmat. Nikmat bersabar, nikmat mencari hikmah dengan menghayati luka itu sendiri tanpa penyesalan.
Ya, mengapa kita mesti protes ketika kehilangan cinta atau ketika belum menemukan Soulmate? Mengapa tak percayakan saja semuanya pada Tuhan? Biarlah dia saja yang menggantikan dengan yang lebih baik atau memberikan yang terbaik. Nanti.
Akhirnya…
Wajah-wajah masa lalu itu tinggal abadi di album hati. Sperti slide yang otomatis terputar kapan saja hati ini kosong. Dan dari situlah kehilangan menjadi lebih bermakna. Bukankah kedewasaan itu datang setelah kita bisa mengendalikan diri kita? Untuk tetap tabah, untuk tidak menggerutu atas takdir yang maha kuasa dan untuk senantiasa tegar melangkah.
“Believe in  Allah, someone in somewhere is made for you”*
 
 
 
 
* Kata bijak seorang teman, yang membuat saya semakin yakin kepada Tuhan saya”
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...