Beberapa hari gak menulis itu
rasanya seperti ada yang terlewatkan. Walaupun tulisan kali ini tulisan saya hanya
berkisah tentang kejadian yang saya alami dua hari yang lalu, kejadian yang
membuat saya sangat marah sekaligus sedih.
Selasa malam, ketika itu saya kehujanan
diperjalanan pulang menggunakan trans jakarta dan memilih untuk singgah di
halte harmoni. Saya mampir ke carrefour untuk sholat maghrib dan membeli payung
baru dan beberapa makanan untuk stok 1 minggu di kost-kostan. Ketika melewati
salah satu lorong di carrefour saya berpapasan dengan pasangan yang lebih mirip
“suami istri”, saya pun bereaksi biasa saja melihat mereka hingga sampai akhirnya
saya sedikit shock ketika suaminya yang dari ras kulit hitam afrika menyapa saya
“Hai” sembari tersenyum yang bagi saya itu aneh dan menjijikkan.
Pikir saya waktu itu, orang ini
benar berusaha untuk ramah atau apa ya? Tapi perasaan saya mengatakan orang ini
gak benar deh. Ah tapi sudahlah, saya coba skip dan melanjutkan kegiatan
belanja saya sembari mendorong troller. Tak selesai sampai disitu, ternyata saya
berpasasan lagi dengan si lelaki kulit hitam berperawakan tinggi besar, botak
dan “mengerikan” itu. Benar saja dugaan saya diawal, bahwa dia lelaki kurang
ajar, karena saat berpapasan kedua kali dengan saya dia kembali beraksi, kali ini
lebih berani. Dia menyapa saya sembari mengangkat-angkat alisnya. Seketika saja
saya langsung bereaksi dong. Saya langsung melotot ke dia, sambil bilang “kamu
jangan kurang ajar ya sama perempuan muslim, sekali lagi kamu begitu saya bisa labrak
kamu didepan istri kamu?” Sure... dia kaget dengan reaksi saya dan saya pun
memilih untuk melongos pergi setelah puas memarahi dan melotot ke dia.
Emosi sayapun masih tak
terkendali setelah kejadian itu. Rasa marah dan sedih saya rasakan saat itu.
Saya marah karena bagaimana bisa ada seorang lelaki seperti itu yang bisa
bersikap kurang ajar kepada seorang muslimah, jelas-jelas kelihatan dari sosok
saya yang sudah menikah, menggunakan cincin kawin, dan dengan pakaian yang
tidak membentuk tubuh serta jilbab lebar menutup dada. Saya marah karena merasa
seperti dilecehkan, itu kejadian terburuk yang pernah saya alami setelah saya
menikah. Saya pun sedih, karena kejadian ini terjadi karena saya sendirian
tanpa ditemani muhrim saya. Mungkin kejadian ini tidak terjadi kalau saat itu
ada suami yang menemani atau ada saudara atau teman perempuan bersama saya.
Inilah yang paling menyedihkan ketika hidup sendirian di rantau orang dan jauh
dari keluarga. Walaupun begitu, dibalik kejadian itu saya masih mencari-cari
ada hikmah apa dari kejadian ini? Pasti ada yang ingin Allah sampaikan ke saya,
atau mungkin ini juga teguran untuk saya supaya jangan sering-sering keluar
sendirian apalagi malam tanpa ada yang menemani. Wallahu’alam.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment