Hingga
hari ini ini saya masih merantau dan bekerja di Jakarta. Perkiraan saya untuk dapat
mutasi ke Balikpapan setelah idul adha kemaren meleset, karena alasan
administrasi. Akhirnya dengan berat hati mesti balik lagi ke Jakarta,
meninggalkan orangtua, suami dan anak angkat saya. Sedih lagi melihat wajah
mereka yang berat melepas, terutama Bapak.
Sebenarnya
merantau memang bukan hal baru bagi saya. Darah perantau saya dapatkan dari Bapak, seorang lelaki Bugis yang
merantau sejak usia remaja. Bapak saya yang berasal dari Kabupaten Bone
Sulsel, beliau mulai merantau dengan menjadi Anak Buah Kapal kapal pinisi
(kapal bugis). Dulu di tahun 70an Bapak bilang, dia masih merasakan berlayar
hanya dengan menggunakan layar, tanpa mesin. Berbulan-bulan beliau dilaut.
Bapak
hanya mengenyam sekolah hanya sampai bisa baca tulis hitung, tapi soal
pengalaman, menaklukkan badai dilautan, mengemudikan kapal, bahkan meramalkan
cuaca secara manual jangan ditanyakan. Bapak saya hebat. Beliau nahkoda handal,
beliau telah menjelajah hampir seluruh wilayah Indonesia dengan kapal pinisi,
beliau dicintai anak buahnya dan juga disegani oleh teman dan koleganya.
Beberapa kali kapalnya pernah karam, dan berhari-hari terapung dilaut, namun
alhamdulillah beliau selamat.
Kenangan
terindah saya bersama bapak adalah waktu saya kecil, dengan kapal pinisinya.
Saya sering diajak Bapak main ke pelabuhan pada saat bapak pulang dari berlayar
dan ikut berlayar saat libur sekolah tiba. Saya dikenalkan banyak hal tentang
kapal dan laut. Saya dilihatkan peta untuk mengetahui rute mana yang akan
dilewati kapal, berapa jarak dan waktu tempuhnya. Bapak juga mengajarkan
sekilas tentang cara mengemudikan kapal, mengajak saya melihat kamar mesin yang
letaknya di dek paling bawah kapal, ruangannya gelap dan ribut suara mesin. Di
laut bapak mengajak saya memancing ikan tenggiri. Pengalaman paling seru adalah
berlayar dengan Bapak adalah ketika saya diajak ke pedalaman kabupaten Sambas,
dan juga ke pulau Belitung.
Bapak
masih terus berlayar hingga saya menikah dan bekerja, padahal usianya sudah
diatas 60 tahun saat itu. Bagi bapak berlayar itu bukan hanya soal bekerja dan
mencari nafkah, tapi soal kecintaan. Kecintaan beliau terhadap dunia maritim,
kapal pinisi dan air laut katanya.
Akhir
cerita Bapak sebagai seorang nahkoda handal adalah ketika beliau terkena stroke
awal Januari 2011 yang lalu. Tepatnya di pelabuhan ketika beliau sedang
memantau bongkar muat kapal. Bapak stroke karena riwayat hipertensinya dan juga
pola hidup beliau yang tidak terjaga baik.
Sekarang
Bapak sudah "pensiun", tepatnya dipaksa pensiun karena stroke-nya.
Sedih melihat kondisi fisik beliau sekarang yang tidak seperti dulu. Bapak yang
dulu gagah berdiri di atas kapal pinisinya sekarang cepat menua setelah terkena
stroke. Dia yang dulu tangguh berbulan-bulan di tengah laut, sekarang sudah tak
kuat dengan angin pantai dan mudah lelah. Bapak yang dulu gagah berjalan
sekarang terseok-seok melangkah dengan tangan kirinya yang masih belum bisa
digerakkan. Walaupun begitu Bapak tak pernah mengeluh, beliau selalu punya
semangat besar untuk sembuh.
Melihat
kondisi Bapak seperti saat ini rasanya sulit sekali kami bisa berlayar bersama
lagi seperti dulu, tetapi kenangan berlayar bersama Bapak sewaktu kecil akan
tetap membekas dihati saya dan selalu saya rindukan. Doa saya hanyalah ingin
Bapak selalu dilimpahkan kesehatan, keselamatan, kebahagiaan dan umur yang
panjang.Amin
Amin YRA... 'Merinding' bacanya Mel, luar biasa pengalaman Bapak,, aku baru tau kalo ternyata beliau blum pensiun ya waktu kena stroke..
ReplyDeletehehehe,,, iya mbak, Bapak memang pelaut ulung dan aq jelas salut dgn beliau. Bahkan sampai sekarang pun beliau masih sering bilang ke aq, kalo bapak udah sehat lagi bapak mau kerja kapal lagi, biarpun jadi ABK gak apa-apa. Langsung nyesek rasanya hatiku, matapun berkaca-kaca. aku senangnya, walaupun bapak dah pensiun, mantan ABK dan kawan-kawannya sesama nahkoda kapal masih sering telpon atau datang kerumah mbak kalo berlabuh di Balikpapan. jadi bapak sedikit terhibur lah, gak merasa ditinggalkan :)
ReplyDeleteTerima Kasih partisipasinya di 2nd GA Semut Pelari ya mba :D
ReplyDeletesama-sama mas Husni, smoga semakin menyemarakkan GA nya dengan berbagi kisah inspiratif bersama papa :)
ReplyDeleteSemoga ayahnya selalu diberikan kesehatan ya...
ReplyDeleteAmin.... terimakasih mbak Hani utk doanya. terimakasih juga sudah mampir di blog saya, salam kenal ya.. semoga kt tetap bisa silaturahim :)
ReplyDelete