Balado sotong paprika

Sunday, June 15, 2014 | me | Be the first to comment!

Ceritanya kemaren hari minggu, saya dan keluarga wisata ke pantai Manggar, acara perpisahan TK nya abang Seno, sekalian wisata keluarga. Pulang dari pantai, kami sempatkan untuk mampir ke Pasar Manggar untuk membeli ikan disana. Sebagai informasi, daerah Manggar ini merupakan daerah pesisirnya Balikpapan, disana banyak nelayan yang tinggal dan menjual hasil tangkapan mereka langsung di pasarnya. Sudah pasti hasil tangkapan para nelayan itu masih segar-segar dan harganya sedikit lebih murah dibanding pasar lainnya di Balikpapan. 
Kami membeli sotong kodok dengan harga Rp.30.000/kg. 

Bedanya apa sih sotong dengan cumi? Yang saya tau, cumi itu bentuknya panjang, kalo sotong itu cenderung lebih pendek dan pipih, kalau detailnya mungkin bisa baca di link ini saja. Oiya, nama sotong kodok ini bukan sotong yang mirip kodok atau kodok yang mirip sotong ya, hehehe. Ini cuma istilah saja, di kampung halaman saya Pontianak, orang-orang  melayu menyebutnya demikian karena penampakannya yang genduk pipih seperti kodok. Membersihkannya gampang, tinggal buang tulang punggungnya yang keras, buang tinta hitamnya, kuliti kulitnya, kemudian potong-potong sotong dengan bentuk kotak-kotak sesuai selera.

Karena kemaren sore pulang dari pantai kami sudah kelaparan akut, jadi saya mengolahnya dengan sesederhana mungkin, cepat, enak dan pedessss pastinya, hehehe supaya menggugah selera makan. Alhamdulillah di kulkas masih banyak stok cabe merah keriting dan cabe rawit, juga ada paprika merah, sotong pun saya olah menjadi Sotong Balado Paprika yang super hot. Berikut resepnya.

Bahan:
500 gram sotong yang sudah dibersihkan dan dipotong-potong
1 sendok makan air jeruk nipis (untuk perasan sotong)
1 buah paprika merah di potong kotak-kotak
1 batang sereh
4 lembar daun jeruk purut
Garam, gula dan penyedap rasa secukupnya
1 sendok makan air asam jawa
Minyak goreng secukupnya

Bumbu halus:
6 buah cabe merah keriting
10 buah cabe rawit merah
3 buah bawang merah
5 siung bawang putih
3 butir kemiri
1 ruas jahe (kurleb 2cm)

Cara membuat:
Tumis bumbu halus sampai harum, tambahkan paprika, sereh, daun jeruk, masukkan air asam jawa, garam, gula dan penyedap rasa, aduk-aduk. Kemudian masukkan sotong dan masak sampai matang. untuk yang suka sedikit berkuah, bisa tambahkan air matang sedikit saja, karena sotong juga mengeluarkan air ketika dimasak. Jangan over cook ya, bisa-bisa sotongnya keras.



Marmer Cake menawan

Wednesday, June 04, 2014 | me | Be the first to comment!
Kamis, 5 Juni 2014 08.00 WITA

Ternyata mempersiapkan bekal oleh2 untuk Bapak saya yang akan pulang kampung itu cukup menyita tenaga saya, hehehe. Sudah menjadi kebiasaan, bahwa kalau ada yang pulkam (apalagi kalo lama tidak pulkam) Keluarga besar di Bone pasti akan berkumpul di rumah tante saya dan mereka menanti oleh2 yang dibawa oleh si 'pemudik'. That's why saya perlu menyiapkan banyak oleh2 untuk keluarga disana, walaupun saya tidak ikut kesana paling tidak adalah hasil karya saya yang sampai disana, hihihi....

Tadi malam saya nguplek2 dapur lagi, mencoba membuat cake marmer yang simple dan enak rasanya. Resepnya saya ambil dari blog favorit saya mbak Hesti. Untuk yang ingin mencoba silahkan klik link ini ya, biar sekalian kenalan sama yg punya blognya :)

Berikut di atas  penampakan cake marmer buatan saya, memang belum seindah punya mbak Hesti, tapi insyaallah rasanya tetap sama.

Selamat mencoba bundaaaaa :)

Bolu Gulung Pandan Isi selai bluberry topping keju

Tuesday, June 03, 2014 | me | Be the first to comment!
Ceritanya lagi rajin nge-blog ni bund hehehe. Saya termasuk orang yang pelupa dan sering sekali kehilangan catatan resep kue dari kursus kue yang pernah saya ikuti atau dari pemberian teman, teledor kalau naroh barang dan catatan. Makanya saya perlu membuat dokumentasi di blog ini sebelum saya lupa, jadi kalau nanti mau bikin lagi, tinggal buka blog saja, gampang.

Tadi malam, saya iseng nyobain bikin kue bolu gulung setelah beberapa bulan saya vakum dari dunia baking di dapur pribadi saya. Bolu gulung ini ceritanya bakal oleh-oleh untuk keluarga yang nantinya  dibawa bapak saya yang akan mudik ke kampung halamannya di Bone besok kamis. Resepnya saya ambil dari seorang blogger favorit saya yaitu mbak Hesti, resep aslinya juga bisa bunda klik disini. Kenapa resepnya mbak Hesti? Karena kue buatan saya tak pernah gagal sebab mencoba resep dari mbak Hesti ini. Saya terinspirasi banget dari beliau, yang terampil sekali dalam membuat kue, saluuuut. I Love your workofrart mbak Hesti so much..much... :)

Berikut hasil bolgul buatan saya, ada 2 rasa yaitu rasa pandan dan rasa vanila susu. Resepnya sama aja, cuma untuk yang rasa vanila susu, pasta pandannya diganti dengan pasta vanila susu. Bolgul ini  agak sedikit gagal di proses penggulungan saja (maklum pemula), tapi tetap enak rasanya koq (muji diri sendiri boleh lah ya) :D

Bahan:
10 Kuning Telur
1 putih telur
90 gram gula pasir (kastor, jangan gula halus)
1 sendok teh SP (saya pakai merk Starkies)
50 gram tepung terigu (pilih tepung terigu yang khusus untuk buat cake ya bund)
15 gram tepung maizena
50 gram margarine (lelehkan)
50 gram salt butter (lelehkan)
1 sendok makan susu kental manis
1-2 sendok makan pasta pandan (kira-kira aja hijaunya, sesuai selera)

Pelengkap:
Selai Bluberry untuk filling
Butter cream dan Keju cheddar parut untuk topping

Cara membuatnya:
1. Kocok kuning telur, putih telur dan gula pasir sampai mengembang dan kental (soft peak/jambul petruk)
2. Masukkan tepung terigu dan maizena sedikit demi sedikit sambil diaduk rata dengan mixer kecepatan paling rendah. setelah tercampur rata, matikan.
3. Masuk mentega dan margarine cair, aduk rata dengan spatula (gerakan dari bawah ke atas)
4. Masukkan pasta pandan dan susu kental manis, aduk rata.
5. Siapkan loyang ukuran 22x22x4, olesi dengan margarine. Lalu alasi dasarnya dengan kertas roti, oleskan margarine lagi.
6. Tuangkan adonan kedalam loyang, panggang dengan panas 150-160 derajat selama 15-20 menit dengan api bawah, dan  5 menit dengan api atas (supaya kuenya berwarna kecoklatan agar tidak lengket saat digulung).
7. Angkat, dinginkan sebentar lalu balikkan diatas kertas roti. Olesi dengan selai bluberry dan kemudian digulung dengan menggunakan kertas roti.
8. Oleskan buttercream untuk topping dan taburkan keju parut diatasnya.


Selamat mencoba :)

Asyiknya memancing bersama keluarga di Muara Badak

Tuesday, June 03, 2014 | me | 5 Comments so far
Muara Badak? Dimana itu? Disana banyak binatang Badak kah? Pertanyaan seperti itu mungkin sering ditanyakan bagi orang-orang yang belum mengenal Kalimantan Timur, seperti saya ini. Ya, Muara Badak itu merupakan nama salah satu kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, daerah ini terkenal karena merupakan penghasil minyak bumi dan gas alam-nya (infonya bisa di lihat di wikipedia). Selain sebagai penghasil minyak bumi dan gas alam, ternyata Muara Badak menyimpan kekayaan alam lainnya, yaitu kekayaan baharinya. Siapa menyangka Muara Badak merupakan daerah penghasil ikan laut dan tambak yang cukup besar di Kalimantan Timur. Saya tidak akan pernah tau kalau saja saya tidak berkunjung kesana tanggal 27 Mei 2014 yang lalu.

Memanfaatkan moment banyaknya hari "kejepit" di akhir bulan Mei, saya dan suami berinisiatif untuk cuti dan  pergi memancing bersama keluarga dan teman-teman suami ke Muara Badak. Acara sudah di setting oleh teman-teman suami yang memang sudah sering mancing kesana, segala perlengkapan memancing seperti kail, umpan, kapal, box ikan dan lainnya sudah disiapkan oleh mereka, kami hanya kebagian tugas untuk menyiapkan makanan, minuman dan snack untuk bekal kami. 

Here we go... Selasa, 27 Mei 2014 jam 04.00 kami berangkat dari Samarinda ke Muara Badak dengan 2 mobil. Jarak tempuh kesana  kurang lebih 1,5 jam dengan suasana subuh yang berkabut, jalan yang turun naik, berkelok-kelok (banyak tikungan tajam) dan jalan yang banyak rusak, akhirnya kami sampai di Muara Badak, tepatnya di Desa Toko Lima. Lucu ya namanya, hihihi... Di Toko 5 ini kami istirahat sejenak untuk sholat subuh di mesjid, sarapan di warung didekat tempat pelelangan ikan dan membeli umpan udang sungai yang masih hidup. Kenapa harus udang sungai yang masih hidup? Katanya memang ikan disini hanya mau makan umpan udang yang masih bergerak alias hidup. Kami juga menikmati sunrise di muara sungai itu, subhanallah indah sekali. Allah maha besar yang menciptakan alam ini dengan sangat indahnya. Alhamdulillah, saya bisa menikmati matahari pertama di umur saya yang ke 29 di tempat ini.


Jam 6.30 pagi kami melanjutkan perjalanan kami ke tempat kapal yang akan kami sewa, saya lupa nama desanya, pokoknya masih masuk lagi dari Toko Lima, kurang lebih 10-20 menit, akses jalannya sudah lumayan bagus dan dibeton. Kami melewati perkampungan warga yang cukup ramai dengan aktivitas anak-anak yang sedang berolahraga dan bermain di lapangan olahraga didepan rumah mereka. Desa ini sudah tergolong maju kalau menurut saya, ada masjidnya, rumah warganya tertata rapi, drainasenya bagus dan desanya bersih. Dari bahasanya saya mengetahui bahwa mereka rata-rata dari etnis bugis. Tak heran memang, karena daerah pesisir kaltim ini memang mayoritas masyarakatnya adalah dari etnis bugis. Eh serasa dikampung halaman ji saya, hehe.


Sesampainya didesa tersebut kami langsung menuju kapal yang sudah disiapkan oleh nelayan yang punya kapal, menyusuri jembatan kayu ulin yang masih kokoh walaupun sudah terlihat tua. Dikelilingi dengan pohon bakau dan nipah, desa ini langsung membuat kami benar-benar rileks dan sumringah (maklum dah lama gak pergi ke kampung, hehe). Apalagi bagi saya dan ibu saya, suasana desa ini mirip banget dengan kampung halaman kami di Desa Sungai Rengas pedalaman Pontianak sana. Kami benar-benar bernostalgia, serasa pulang kampung. Bismillah, setelah semuanya siap kami langsung berangkat menyusuri sungai
Muara Badak yang terkenal dengan banyak ikannya itu. 



2 Kapal yang kami sewa tergolong cukup sederhana, dengan bunyi mesin yang berisik, tanpa tutup atau tenda, kebayang gak nanti kami akan kepanasan pas siang hari. Kami ditemani oleh seorang pemandu yang merupakan nelayan pemilik kapal tersebut. Menyusuri muara sungai kami takjub dengan pemandangan yang disajikan sang pencipta yang sangat indah, udara yang masih segar dan airnya yang masih jernih serta sungainya yang bersih. Subhanallah, memang tak salah kami memilih untuk memancing disini. Ditengah jalan kami berpisah dengan kapal teman kami dan mulai mencari spot memancing yang tepat. Spot memancing pertama kami memilih untuk memasuki anak sungai kecil yang dikiri kanan sungainya ditumbuhi oleh pohon bakau dan nipah, pada saat itu kondisi air sungai sedang surut. Lemparan kail pertama dimulai, bismillah. Tak sampai sepuluh menit tangkapan pertama kami dapat, dari kailnya bli Komang  teman suami saya yang memang jago mancing. Gak mau kalah selang beberapa menit saya pun berhasil strike, hasilnya lumayan, ikan kerapu ukuran sedang yang saya dapatkan, disusul suami dan ibu saya. Dari spot pertama kami berhasil mendapatkan 6 ekor ikan kakap putih, kerapu dan terkulu. Alhamdulillah.

Waktu terus beranjak dan kami pun berpindah-pindah dari spot satu ke spot lainnya. Teman-teman kami dari kapal lainnya juga tak kalah hebohnya dengan kami, tak ayal suara gaduh kami yang berlomba-lomba strike lumayan menyita perhatian kapal-kapal lain yang juga sedang memancing. Cuaca yang mulai panas membuat kami semakin gerah, kami pun akhirnya mencari spot baru dibawah pohon yang rindang. Spot baru ini ikannya tak begitu banyak, karena air juga semakin surut, yang banyak muncul hanya ikan Tembakul yang bermain-main dilumpur. Situasi ini kami manfaatkan untuk beristirahat sejenak dan makan siang sekedarnya dari bekal yang kami bawa. Setelah selesai beristirahat kami melanjutkan mencari spot baru untuk memancing, di spot ini hasil tangkapan kami lumayan. Ibu saya yang paling banyak strike. Mamak jagoan :D

Abang Seno juga tak mau kalah, dia pun belajar memancing untuk pertama kalinya dan berhasil membuat mata kail nyangkut di dasar sungai, hehehe. Pengalaman pertamanya ini sangat mengesankan, paling tidak dia juga tau dari mana asal ikan yang dia makan setiap hari, ada nelayan yang seharian berjemur di sungai atau dilaut untuk menangkap ikan dan itu tidak mudah mendapatkannya. Tak berapa lama, karena tak kunjung mendapatkan ikan diapun menyerah dan memilih untuk tiduran-tiduran di bawah tenda (dadakan) bersama Bapak saya. Untuk mengusir kebosanan yang mulai menyerangnya, ipad pun saya keluarkan supaya dia bisa tenang bermain game dan kami tenang memancing. Cara ini rupanya cukup membantu membuatnya tenang, sebelum akhirnya dia "mengganggu" mamak saya untuk dibuatkan pop mie dan susu. Anak yang satu ini memang luar biasa semangat makannya.

Bapak saya yang ikut bersama kami walaupun agak "terbatas geraknya" cukup menikmati acara memancing ini dengan duduk saja dibawah tenda sembari tidur-tiduran sambil menemani abang Seno. Suasana seperti ini benar-benar membuat kami bahagia. Alhamdulillah.
Waktu terus beranjak dan menunjukkan pukul 15.30 sore, ikan-ikan pun sepertinya sudah mulai enggan memakan umpan kami karena air sudah mulai pasang dan arusnya cukup deras, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Cuaca juga sudah cukup mendung kami khawatir jika turun hujan bisa-bisa kami kebasahan karena tenda kapal yang kecil tak cukup menampung kami ber 8 orang. 





Hasil tangkapan kami dibanding grup teman kami di kapal satunya memang tidak seberapa, tapi alhamdulillah karena kami dapat bermacam jenis ikan dari kerapu, terkulu, kakap kerisi sampai pari. Ikan-ikan ini juga sudah berhasil membuat kami kegirangan saat strike, rasanya gimana ya, senangnya luar biasa ketika ada ikan yang berhasil nyantol di kail kita. Namun perasaan senang gak bisa dirasakan salah satu teman kami (lupa namanya) karena dari pagi sampai sore dia melempar kail tak satupun ikan yang berhasil dia dapatkan, apes banget dah :D

Sesampainya di dermaga kamipun bersiap untuk pulang. Sambil menunggu teman dari kapal yang satunya lagi, saya dan ibu memutuskan untuk mampir ke rumah warga dan membeli ikan asin dari rumah warga nelayan. Lumayan murah harganya, kami pun borong 3.5 kg ikan asin untuk dijadikan oleh2 untuk tetangga 2(karena malu hasil tangkapannya sedikit, hihi).

Diperjalanan pulang kami memutuskan untuk mampir sebentar di desa Toko Lima. Ternyata sore hari disana sangat ramai, karena para nelayan sudah pada pulang dan menjual hasil tangkapannya di Tempat Pelelangan Ikan. Kamipun dengan semangat 45 menghampiri keranjang-keranjang ikan yang berjejer. Wah ternyata kami terlambat, karena ikan-ikan laut yang besar-besar sudah dibeli para tengkulak, yang tersisa hanya ikan tambak seperti bandeng dan nila. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan-jalan di pinggir dermaga TPI, kerumah-rumah warga yang berada dipinggiran sungai dan berharap ada dari mereka yang baru pulang dari melaut dan mendapatkan ikan yang masih segar-segar. Hasil keliling-keling kami tak sia-sia, akhirnya kami bertemu dengan nelayan yang baru pulang dari laut dengan hasil ikan-ikan laut. Kamipun kalap memborong ikan Barakuda, Bawal Hitam, Terkulu, Julung2, Puput dan lain-lain. Harga ikannya di bandrol sama, cuma Rp 15.000,- murah kan. Kecuali bawal yang harganya Rp 60.000,-. Harga yang sangat murah untuk ikan yang sangat segar yang baru didapat. Wah kami pesta ikan hari itu. Puas sekali rasanya. Tak terasa hampir 1 jam kami berkeliling di dermaga desa Toko Lima. Sudah jam 18.30 sore, saatnya pulang ke Samarinda lanjut ke Balikpapan. Alhamdulillah perjalanan kami dari Muara Badak ke Balikpapan (mampir sebentar 1 jam di Samarinda) berhasil kami tempuh dalam waktu 4 jam saja. Jempol untuk suami saya yang super ngebut dan berhasil membuat kami terus berdoa dan dzikir sepanjang jalan.  

Sebelum meninggalkan dermaga ikan Desa Toko Lima, saya sempat mengabadikan beberapa moment sunset disana, dari kamera BB saya yang cuma 5 MP ini, yah lumayan lah untuk kelas pemula, hehe. Ini dia beberapa foto yang berhasil saya ambil menjelang sunset disana, bagus ya suasananya. Kami pasti akan merindukan moment ini dan suatu saat pasti akan kembali lagi kesini. 







Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...