Cereal Almond Chocochips Cookies

Tuesday, June 30, 2015 | me | Be the first to comment!

Bismillah.
Udah pertengahan Ramadhan ni teman-teman, bagaimana ibadah puasanya? Semoga kita semua diberikan kemudahan dalam menjalankannya dan bisa semua perbuatan dan ibadah yang kita lakukan dibulan ini dapat menambah timbangan amal kita di akherat kelak. Amin. Oiya, kurang lebih 17 hari lagi kita akan menyambut hari raya Idul Fitri, bagaimana persiapan kue-kue lebaran teman-teman? Sudah siap-siap bikin kue belum?

Nah bicara soal persiapan hidangan lebaran, berikut saya ingin berbagi satu resep kue kering yang pernah saya buat. Sebenarnya cookies atau kue kering ini saya buat tahun lalu, fotonyapun saya ambil dari tahun lalu, tapi karena kesibukan kerja dan saya lupa dimana menyimpan resep dan foto ini, baru sekaranglah saya bisa share. Mudah-mudahan berkenan. Resep asli dari majalah Sedap yang sudah saya modifikasi dengan bahan-bahan yang saya miliki. Teman-teman juga berkreasi dengan bahan-bahannya ya, menyesuaikan dengan selera dan apa yang teman-teman miliki. Selamat mencoba. 


Cereal Almond Chocochips Cookies

Bahan:
25 gram havermut, blender halus
50 gram almond slice, sangrai sebentar lalu tumbuk/cincang kasar
25 gram wijen putih
150 gram butter/margarine  (bisa juga di mix 50:50)
1 butir kuning telur
100 gram gula halus (gula tepung)
150 gram tepung terigu (protein rendah)
20 gram susu bubuk
1/2 sendok teh baking powder
50 gram chocolate chips

Cara membuat:
  1. Panaskan oven dengan api bawah dengan suhu 140 derajat celcius.
  2. Kocok butter/margarine dan gula tepung selama dua menit, asal nyampur saja, lalu tambahkan kuning telur kocok rata sebentar saja.
  3. Tambahkan havermut, almond, dan wijen, aduk rata. Masukkan tepung terigu, susu bubuk dan baking powder sambil diayak dan diaduk rata.
  4. Sendokkan adonan di loyang yang telah dioles margarin. Pipih-pipihkan (asal saja) dengan menggunakan sendok atau ujung-ujung jari.
  5. Taburkan chocolate chips diatas adonan cookies tadi.
  6. Oven cookies dengan api bawah suhu 140 derajat celcius selama kurang lebih 35 menit atau sampai matang.










Es Pisang Hijau Simpel

Wednesday, June 24, 2015 | me | 1 Comment so far
Bismillah.
Sejak pertama kali kenal dengan es ini, saya langsung jatuh cinta. Walaupun saya orang bugis tapi saya baru pertama kali mencicipi es ini di Surabaya tahun 2007, hihihi... kemane ajeeee?  Sejak tau rasanya yang segar, manis dan ada gurih-gurih dari buburnya es ini selalu jadi favorit saya apalagi dinikmati saat berbuka puasa di bulan ramadhan. Dulu waktu tinggal di Jakarta, es pisang hijau ini banyak sekali yang jual disekitar tempat tinggal saya, tapi yang jadi favorit saya adalah es pisang hijau di Konro Karebosi Kelapa Gading. 

Beberapa hari yang lalu mamak beli pisang raja satu sisir, rencananya mau dibikin pallu butung, tapi karena rasa malas melanda, itu pisang nganggur aja sampe dua hari. Dari pada busuk, trus saya iseng-iseng browsing resep es pisang hijau dari food blogger favorit saya mbak Hesti, dan nemu resep es pisang hijau yang simpel membuatnya. Wah... langsung eksekusi deh. Resep aslinya katanya dari mbak Atyk Murtiningsih. Berikut resepnya yang sudah sedikit saya modifikasi, yaitu tepung tapioka saya ganti dengan tepung maizena (adanya dirumah cuma tepung maizena) dan juga untuk bubur/saus saya kurangi tepung berasnya biar agak encer. Untuk resep originalnya silahkan klik disini.


Es Pisang Hijau Simpel

Bahan:
1 sisir pisang raja mateng sekali (saya kemaren dapatnya 13 buah pisang per sisir)
250 gram tepung terigu
100 gram tepung maizena
1 sendok teh garam
3 sendok makan gula pasir
700 ml santan encer
1 sendok teh pasta pandan
3 sendok makan minyak goreng


Bahan bubur/vla santan:
 (larutkan dan dimasak sambil terus diaduk sampai meletup-letup)
1200 ml santan dari 1 buah kelapa (santan kental)
120 gram tepung beras
1 sendok teh garam
200 gram gula pasir
2 lembar daun pandan

Bahan pelengkap:
Syrup pisang ambon DHT (bisa diganti dengan sirup cocopandan)
Es batu

Cara membuat:
  1. Kukus pisang raja bersama kulitnya, angkat dan kupas. Sisihkan.
  2. Larutkan tepung terigu, maizena, garam, gula pasir, santan, pasta pandan dan minyak goreng, aduk hingga tidak bergerindil, setelah itu disaring.
  3. Tuang adonan kedalam talam/loyang (saya pakai loyang bulat diameter 26cm tinggi 5 cm). Kukus hingga matang, kurang lebih 15 menit-an. Angkat.
  4. Panas-panas, sendok adonan secukupnya dan pipihkan dengan dialasi plastik agar tidak lengket. Bisa menggunakan bantuan sendok plastik atau tangan untuk memipihkannya.
  5. Setelah pipih, beri isi pisang, lalu gulung sambil dirapatkan dan dibentuk seperti pisang. 
  6. Sajikan pisang hijau bersama vla santan dan syrup dan es batu.






Mie Sagu goreng khas Pontianak

Monday, June 22, 2015 | me | 2 Comments so far

Bismillah.
Bulan Ramadhan telah tiba, semua umat muslim bersuka cita menyambutnya. Alhamdulillah diberikan umur untuk merasakan nikmatnya ibadah dibulan yang penuh rahmat dari Allah. Terkait bulan Ramadhan, biasanya setiap keluarga biasanya punya kebiasaan yang dari tahun ketahun tak pernah ditinggalkan atau selalu dilakukan setiap Ramadhan. Apa ni kebiasaan keluarga teman-teman yang selalu ada di bulan Ramadhan? Kalau di keluarga saya, kami selalu membuat makanan-makanan khas yang biasanya hanya kami hidangkan saat bulan ramadhan, salah satunya adalah mie sagu goreng.

Mie sagu goreng adalah salah satu makanan khas kota kelahiran saya, Pontianak yang sangat populer, namun sudah mulai langka, jarang ada yang jual. Biasanya dibulan ramadhan, ada aja yang menjual mie ini, di warung-warung juadah di Pontianak. TIdak heran kenapa mie ini jarang yang menjual, karena cara membuat mie ini lumayan rumit alias rempong teman-teman. Salah-salah ngadon, bisa gak jadi. Saya saja kalau gak didampingi mamak saat nguleni adonan mie-nya, juga gak bisa. Tapi kalau sudah bisa, gampang koq selanjutnya. Oiya, mie sagu ini, selain bisa dibuat mie goreng, mie kuah, juga bisa koq dibikin cendol sagu. Tinggal campur gula merah dan santan, jadi deh.

Mie sagu goreng ini enaknya dimasak dengan sayur kucai dan tauge, plus kriuk-kriuknya bisa dikasi ikan teri jengki asin goreng atau udang ebi goreng plus kacang tanah (jika suka) dan tak lupa sambal cabe rawit, jeruk dan kecap asin juga kecap manis.

Berikut saya sertakan juga tutorial membuat mie sagu ini ya teman-teman, (hampir sama/mirip dengan membuat cendol sagu) semoga gak membingungkan dan mudah dipraktekkan. Memang membuat mie ini agak sedikit rumit dan "cerewet" jika tidak dilakukan dengan benar. Terutama pada saat menguleni. Pastikan adonan pengental/biang harus dalam kondisi benar-benar panas saat dicampur dengan tepung sagu. Resep berikut adalah 1 resep mie sagu versi kecil, jadinya bisa untuk 5-6 porsi mie sagu goreng :)


Bahan biang/pengental (A):
100 ml air
3 sendok makan tepung sagu yang dilarutkan dengan dengan 5 sendok makan air


Bahan Mie (B):
350 gram tepung sagu

Cara membuat mie sagu:

  1. Siapkan tepung sagu 350 gram didalam sebuah mangkuk besar untuk nantinya digunakan untuk mengulen.
  2. untuk adonan biang: dalam panci kecil, panaskan 100 ml air sampai mendidih, lalu masukkan larutan tepung sagu. Aduk sampai mengental, matikan.
  3. Dalam kondisi masih panas-panas, tuangkan adonan biang/ sagu kental tadi ke dalam tepung sagu secara bertahap, sambil terus diuleni sampai rata dan menyatu. Patokannya adalah sampai adonan tadi dapat dikepal/dibulatkan dan saat diletakkan dipapan penggilingan adonan yang sudah dibulatkan tadi tidak melebar.
  4. Giling adonan diatas papan penggilingan yang sudah ditaburi tepung sagu tipis (saya tidak menyarankan untuk menggunakan ampia untuk menipiskan mie ini), lalu giling bulatan adonan tadi sampai tipis, kurang lebih 0,3 s.d 0,5 cm.
  5. Kemudian potong-potong mie sagu. untuk ukuran panjang mie, semuanya tergantung selera teman-teman, saya sendiri panjang mie-nya kurang lebih 5cm saja
  6. Sisihkan mie yang sudah dipotong2 tadi, jangan lupa  taburkan tepung sagu agar mie tidak saling lengket.
  7. Dalam panci besar, masak air hingga mendidih, lalu masukkan potongan mie tadi. Masak hingga mie matang dan mengapung, angkat.(lihat gambar)
  8. pindahkan mie kedalam mangkuk besar yang telah diisi dengan air dingin mateng. diamkan mie beberapa jam hingga mengembang dan siap digunakan.
Berikut foto langkah-langkah membuat mie sagu:











Resep Mie Sagu Goreng

Bahan:
Mie sagu yang sudah siap digunakan
200 gram tauge, bersihkan
1 ikat daun kucai, potong-potong
1 sendok teh merica bubuk
minyak goreng secukupnya
garam dan penyedap rasa secukupnya
air secukupnya (untuk sedikit kuah/basah)

Bumbu halus:
6 siung bawang putih
3 buah bawang merah

Bahan pelengkap:
100 gram ikan teri jengki asin, digoreng
100 gram kacang tanah, digoreng
bawang goreng
sambal cabe rawit
kecap manis
Jeruk nipis


Cara membuat:

  1. Tumis bumbu halus sampai harum dan berubah warna, masukkan tauge dan daun kucai, masak sebentar hingga agak layu, lalu masukkan mie sagu, aduk hingga bumbu tercampur rata.
  2. Tambahkan sedikit air, agar mie jadi sedikit basah, tambahkan garam dan penyedap rasa secukupnya. Masak hingga matang. Angkat.
  3. Sajikan bersama taburan ikan teri jengki, kacang tanah goreng, bawang goreng, dan bahan pelengkap lainnya.




Cake Pisang Sederhana

Friday, June 19, 2015 | me | Be the first to comment!

Bismillah.
Tak pernah kapok bikin kue-kue berbahan dasar pisang, dua resep sebelumnya sudah pernah saya posting yaitu Banana Bread dan Muffin Pisang (silahkan klik disini dan disini). Menurut saya belum ada yang berhasil dengan sangat sempurna sesuai keinginan saya, karena semua cenderung kue bertekstur padat. Pengen banget dapat hasil kue pisang bertekstur ringan seperti sponge cake kayak yang dijual di toko-toko roti, emang bisa? Ya, saya coba-coba ajalah. Berkreasi sendiri, gagal tak masalah. Seperti kali ini saya coba buat cake pisang sederhana, dengan bahan yang juga gampang serta cara membuat yang tak rumit. Hasilnya lumayan, cake bertekstur padat tapi bukan bantet. Lumayan mengenyangkan untuk dijadikan takjil berbuka puasa ya teman-teman. Silahkan dicoba.


Bahan A
(Campurkan semuanya)
400 gram (6-7 buah) pisang ambon yang sudah mateng sekali, haluskan
50 ml susu UHT 
1/2 sendok teh essense pisang (optional)

Bahan B:
5 buah telur ukuran sedang
200 gram gula pasir (saya mix 100 gram gula pasir dan 100 gram brown sugar)

Bahan C: 
(campurkan semuanya, lalu ayak)
300 gram tepung terigu protein sedang
20 gram tepung maizena
1 sendok teh baking powder
1 sendok teh soda kue

Bahan D:
200 gram mentega/margarine dicairkan*


Cara membuat:
  1. Panaskan oven dengan api bawah dengan suhu 160 celcius. 
  2. Siapkan loyang tulban, olesi seluruh permukaan dengan margarine dan taburi dengan tepung terigu tipis-tipis. Sisihkan
  3. Kocok dengan mixer bahan B: telur dan gula sampai benar-benar mengembang, berwarna putih dan kental (kaku). Angkat.
  4. Masukkan bahan A: pisang, susu dan essense pisang keadonan telur secara bertahap, sambil diaduk perlahan dengan spatula.
  5. Masukkan bahan C: campuran tepung keadonan tadi, secara bertahap, aduk balik secara perlahan dengan spatula.
  6. Terakhir masukkan bahan D: mentega/margarine cair, aduk balik dengan spatula secara perlahan hingga benar-benar tercampur rata.
  7. Tuangkan adonan keloyang, lalu oven dengan suhu 160 celcius, kurang lebih 30-45 menit (tergantung oven). 
  8. Cek kematengan kue dengan menekan perlahan permukaan kue, jika sudah membal dan berwarna kecoklatan berarti matang, atau dengan tes tusuk lidi, jika tidak lengket di lidi saat kue ditusuk, maka kuenya sudah matang. Angkat dan dinginkan.


Tips:
Mencairkan mentega/margarine tidak perlu sampai mendidih. Dengan api kecil saja, terus diaduk, sampai sebagian mentega/margarine sudah leleh, lalu matikan api. Terus aduk sampai semuanya mencair.



Rendang Jengkol

Tuesday, June 16, 2015 | me | 3 Comments so far

Bismillah.
Hari ini saya postingnya yang agak ekstrim ah, Rendang Jengkol teman-teman. Hehehe... saya itu penggemar berat jengkol. Mau dibikin balado kah, atau rendang kah saya tetap suka. Kalau makan diluar terutama di rumah makan padang, jengkol adalah pilihan utama saya. Memang bau sih ya, tapi bagaimana kalo udah suka? Waktu kecil dulu saya sering bantu tante saya jualan sate jengkol keliling kampung sambil teriak "Sate jengkooooolllll" hihihi. Ah jadi kangen masa kecil waktu dikampung dulu :)

Mendapatkan jengkol di Balikpapan ini gak susah koq, di pasar-pasar banyak yang jual, biasanya juga sudah direbus setengah mateng. Jadi kita gak repot mengupas kulitnya segala. Tinggal dicuci bersih dan direbus lagi sampai empuk lalu digepengkan/pipihkan/memarkan. Buat teman-teman yang ingin masak rendang jengkol, berikut resepnya. Oiya rendang jengkol ini bumbunya sedikit berbeda dengan rendang biasa ya, karena saya tambahkan rempah-rempah beraroma kuat agar aroma jengkolnya tak terlalu bau. Selamat mencoba :)

Rendang Jengkol (Resep asli mamak tercinta)

Bahan:
1 kg jengkol, 
1 liter santan kental dari 1 buah kelapa ukuran besar
2 batang serai memarkan
2 ruas lengkus, memarkan
2 Lembar daun salam
2 lembar daun kunyit (optional)
2 sendok makan gula merah yang sudah disisir
Garam dan penyedap rasa secukupnya
Minyak goreng untuk menumis bumbu halus

Bumbu halus:
15 buah bawang merah
10 siung bawang putih
10 batang cabe merah keriting
1 sendok makan ketumbar
1 sendok teh adas manis
1/2 sendok teh jintan
2 ruas kunyit
6 buah kemiri


Cara membuat:

  1. Rendam jengkol semalaman dengan daun jeruk purut. Tiriskan
  2. Rebus jengkol dengan air baru sampai empuk. angkat dan pipihkan/memarkan jengkol satu persatu
  3. Panaskan wajan, tumis bumbu halus sampai harum, lalu masukkan serai, lengkuas, daun salam, daun kunyit, aduk hingga layu. Masukkan jengkol, aduk-aduk hingga bumbu meresap.
  4. Tambahkan santan, gula merah, garam dan penyedap rasa. Masak jengkol sambil terus diaduk perlahan, jangan sampai santannya pecah. Masak sampai kuahnya mengental dan tinggal sedikit. Angkat dan sajikan.

Serunya Travelling Mudik lebaran ke Bumi Arrung Palakka, wisata alam, sejarah, ziarah dan silaturahim

Sunday, June 14, 2015 | me | 2 Comments so far

"Engkana' rimabelae

Rilipu' wanua laeng

Deceng Muaro Usappa
Uwelai wanuakku

Tanah Ogi Wanuakku
Wanua talessurekku
Indo' ambo malebbi'ku
Uwa'bokori ulao"
Tenri Ukke- Tana Ogi Wanuwakku

Sepenggal lirik lagu bugis di atas selalu mengingatkan saya akan tanah bugis atau tanah sulawesi, kampung halaman kedua orang tua saya. Mereka merantau sejak remaja dan saya sendiri adalah anak perantau yang lahir dan besar di daerah perantauan tepatnya di Pontianak dan kemudian juga belajar menjadi perantau, kini saya dan keluarga terdampar di Balikpapan. Bekerja dan menetap disini, bersama kedua orangtua saya.

Orangtua saya seringkali bercerita betapa indahnya kampung halaman mereka. Alamnya yang masih asri, pemandangannya luar biasa indah, rasa kekeluargaan dan gotong royongnya sangat tinggi, setiap orang senang bisa membantu orang lain tanpa mengharapkan balasan uang semata, semua masalah diselesaikan secara kekeluargaan dan masyarakatnya hidup rukun. Rasanya hal-hal indah seperti itu sudah jarang kita temukan di kota ya teman-teman. Saya pertama kali menginjakkan kaki ke tanah kelahiran orangtua saya tahun 2001, dan selalu ingin kembali kesana.

Tahun 2014 yang lalu, saya dan suami memutuskan untuk merayakan hari raya Idul Fitri di kampung halaman orangtua saya. Rencana itu saya tulis gede-gede sejak awal tahun, "This year trip is: Desa Kalero Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone-Sulawesi Selatan". Rencana perjalanan kali ini semuanya saya yang susun, dari tiket pesawat, rental mobil, tempat-tempat wisata yang akan kami kunjungi selama disana, dan lain sebagainya. Layaknya akan berangkat liburan, saya tak mau ada satu halpun yang kurang, persiapan harus matang agar saat disana semuanya tidak ada masalah. Perlengkapan liburan yang tak boleh saya lupa bawa kali ini adalah kamera, karena nanti saya akan hunting foto-foto bagus dan menuliskan pengalaman saya selama disana.

Bismilillah, kami berangkat berlima, saya, suami, putra saya dan kedua orangtua saya. Travelling/Mudik lebaran bersama keluarga lengkap,  pasti akan sangat menyenangkan. Dari Balikpapan-Makassar kami menggunakan pesawat dan kemudian kami lanjutkan perjalanan dari Makassar-Bone menggunakan mobil rental yang kami sewa selama kami 7 hari berada di Bone. 

Perjalanan Makassar-Bone tidak berjalan mulus, karena supir rental mobil yang membawa kami benar-benar mengecewakan kami, dia tidak tau jalan menuju kampung Bapak saya. Musibah di malam takbiran, perjalanan yang harusnya cukup ditempuh dengan waktu 4 jam, kenyataannya kami tempuh dengan waktu 6 jam. Weeewwww.... tua dijalan saya, saking dongkolnya dengan supir yang tak hafal medan dan juga ngeyel. Pusing palak berbie... hehehe. Kami sampai dikampung bapak saya jam 1 dini hari, dan disambut oleh puluhan keluarga di rumah kediaman adik bapak. Tengah malam kami dijamu dengan menu-menu menggugah selera. Kesalpun hilang berganti dengan perut kenyang dan mata mengantuk. 


Bangun subuh-subuh dengan mata yang masih sangat ngantuk, kami buru-buru mandi dan persiapan sholat Ied di satu-satunya masjid di Desa Kalero. Pagi yang cerah, matahari bersinar tanpa malu-malu. Indah sekali menikmati peralanan menuju mesjid. Jam 6.30 pagi masjid sudah penuh dengan jama'ah. Suasana syahdu dengan gema lantunan kalimat takbir, tahmid dan tahlil dan kemudian dilanjutkan dengan shalat ied berjamaah.



Suasana Idul Fitri di desa Kalero tidaklah seperti di kota-kota, disini terlihat biasa saja, kecuali ramai sanak keluarga dan tetangga yang datang kerumah-rumah untuk bersilaturahim, bermaaf-maafan dan menikmati hidangan lebaran alakadarnya dan kemudian berziarah ke kuburan-kuburan tetua (nenek moyang) yang sudah meninggal. Kamipun menikmati semua moment tersebut, benar-benar travelling yang menyenangkan kali ini. Lihat saja ekspresi suami dan anak saya yang ceria.
Sepulangnya kami dari Sholat Ied


Dibawah kolong rumah panggung, para ponakan sudah menunggu kami untuk "uang angpao lebaran"

Para Lelaki bugis yang bercengkrama setelah sholat Ied. Semuanya bersarung :D


Perjalanan menuju ke kuburan alm. nenek dan kakek saya


Ekspresi anak saya yang senang saat berada di kuburan :(


Suami saya yang ingin jadi pengembala kerbau
Model dadakan di hutan, hahaha....

Dihari kedua idul fitri, saya dan keluarga besar mengunjungi Watampone, ibu kota Kabupaten Bone, kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari desa Kalero. Tujuan kami adalah Rumah Adat "Bola Soba" Watampone dan juga Tanjung Palette. Perjalanan kami melalui rute Lappariaja-Watampone. Di jalur yang kami lewati kami juga menjumpai satu jalan terowongan batu yang unik yang disebut Sumpang Labbu, terowongan batu ini konon katanya dibangun di era penjajahan kolonial Belanda.
Diatas terowongan Sumpang Labbu ada semacam tempar untuk pengendara yang ingin beristirahat sejenak

Pemandangan dari atas terowongan Sumpang Labbu

Terowongan Sumpang Labbu yang dibangun di era Kolonial Belanda
Sesampainya kami di kota Watampone, kami langsung menuju Bola Soba, yang terletak di Jalan Latenritta, Watampone. Untungnya dihari libur lebaran seperti ini, rumah ini tetap buka. Rumah ini  dalam bahasa Indonesia berarti rumah persahabatan. Rumah tradisional bugis Bone ini bermaterial kayu yang kokoh dan berdiri di atas lahan seluas 1/2 hektar. Kokohnya bangunan ini menandakan bahwa sejak dahulu kala masyarakat Bone telah menguasi pengetahuan teknik arsitektur dan sipil yang hebat. 

Menurut informasi yang saya kutip dari sini,  Bola Soba dibangun pada masa pemerintahan Raja Bone ke-30, La Pawawoi Karaeng Sigeri sekitar tahun 1890. Awalnya, diperuntukkan sebagai kediaman raja. Selanjutnya, ditempati oleh putra La Pawawoi, Baso Pagilingi Abdul Hamid yang kemudian diangkat menjadi Petta Ponggawae (Panglima perang) Kerajaan Bone. Seiring dengan ekspansi Belanda yang bermaksud menguasai Sulawesi, termasuk Kerajaan Bone pada masa itu, maka Saoraja Petta Ponggawae ini pun jatuh ke tangan Belanda dan dijadikan sebagai markas tentara. Tahun 1912, difungsikan sebagai mes atau penginapan untuk menjamu tamu Belanda. 


Bola Soba tampak depan

Bangunan dalam Bola Soba, tiang-tiang bangunan yang kokoh, lantai dan dindingpun terbuat dari kayu


Silsilah Raja Bone, saya masuk keturunan kerajaan Bone generasi berapa ya? :D

Tiang Seri (tiang yang pertama kali ditancapkan saat membuat rumah) Bola Soba yang dibungkus kain putih dan dikelilingi dengan hidangan bermacam-macam kue 

Arung Palakka, pendiri pertama kerajaan Bone

Kami kemudian melanjutkan perjalanan, menuju destinasi wisata kami berikutnya yaitu Tanjung Palette, kurang lebih 1 jam dari kota Watampone. Meskipun lokasinya di pinggir pantai teluk Bone, kawasan wisata Tanjung Pallette berbeda dengan kawasan wisata pantai lainnya di Sulawesi Selatan. Di tempat ini kita tidak disuguhi hamparan pasir putih yang indah, melainkan berupa pantai karang yang terjal. Kita bisa menikmati pemandangan bukit karang, deburan ombak  serta hembusan angin pantai. Selain itu, kita juga bisa menikmati aktifitas nelayan, petani rumput laut bahkan dari tempat ini kita bisa melihat dari jauh pelabuhan Bajoe yang panjangnya 3 km menjorok ke laut. Selain wisata pantai, di Pallette ini juga terdapat permandian kolam renang yang cukup luas ukurannya namun terletak berjauhan dari pinggir pantai. Kami sekeluarga menyewa sebuah villa untuk beristirahat dan melihat pemandangan laut sembari mengawasi anak-anak berenang di kolam renang.
Pemandangan indah Tanjung Palette terletak di Teluk Bone

Villa yang kami sewa untuk beristirahat

Bagian depan Resort yang ada di Tanjung Palette

Arah pemandangan ke Teluk Bone

Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 4 sore, kami harus segera pulang supaya tidak kemalaman sampai dirumah. Apalagi jalur yang nanti kami lewati adalah jalur Watampone-Sinjai-Kajuara agak sedikit memutar. Kami memilih jalur ini karena ingin melihat pemandangan lainnya di Kabupaten Bone. Pemandangan sore yang indah, melihat bentangan sawah sangat luas di kiri kanan jalan, sejauh mata memandang hanya hijau dan semburat matahari senja yang sempurna. Perjalanan wisata hari ini benar-benar membuat kami puas.
Perjalan pulang Watampone-Sinjai-Kajuara

Seluas mata memandang, bentangan sawah nan hijau

Matahari senja yang indah

Jalan yang lurus, tak perlu ngebut,  nikmati saja perjalanannya 

Hari ketiga sampai dengan hari ke 5 di Desa Kalero Kabupaten Bone, saya memilih untuk tak kemana-mana. Hanya ingin menikmati alam sekitar, pergi kesawah, melihat beberapa ekor sapi yang saya miliki dan dititipkan disana, dan bermain bersama ponakan-ponakan tercinta. Suami saya, dia lebih memilih untuk pergi memancing bersama saudara ipar saya. Alam desa Kalero tak kalah indahnya dengan pemandangan yang ada di pulau Jawa, dan boleh saya bilang ini bahkan lebih indah. Gak percaya? Coba lihat hasil hunting foto saya berikut ini, disawah-sawah milik keluarga saya.
Menyambut pagi yang sejuk dengan cuaca mendung dari halaman rumah tante saya, seperti diluar negeri ya :)

Anak-anak yang ke sawah untuk mengangut padi yang sudah dipanen

Sawah berundak-undak dengan padi yang sudah menguning, siap panen

3 bodyguard saya yang selalu ikut kemanapun saya pergi

Beberapa ekor sapi milik saya

Siluet indah pohon lontar yang berbaris rapi

Alam kab. Bone yang berbukit-bukit, hijauuuuuu....







Dihari ke enam liburan, kami akhirnya kembali ke Makassar sebelum keesokan harinya bertolak menuju Balikpapan. Di Makassar tujuan kami adalah untuk berwisata di sekitaran pantai Losari, wisata kuliner di Somba Opu, dan juga ke Fort Rotterdam. Sebelumnya kami juga sempatkan untuk mampir ke obyek wisata air terjun Bantimurung yang terletak di Kabupaten Marros. Tempat ini juga dikenal sebagai taman kupu-kupu, ia memiliki spesies kupu-kupu terlengkap di dunia. Sayangnya ketika berada di Bantimurung kami tak sempat melihat kupu-kupu di tempat penangkaran kupu-kupu. Yang ada hanya para pedagang yang menjual kupu-kupu yang sudah diawetkan dan di frame, harganya menurut saya mahal.















Wisata Kuliner di Makassar, Mie Titi


Anak gendut yang lahap makan :D
Tujuh hari travelling dalam rangka mudik lebaran ke kampung halaman itu rasanya masih kurang, masih ingin berlama-lama disana. Tapi apa daya kerjaan dan kesibukan lainnya menanti kami di Balikpapan. Semua pengalaman yang kami alami sangat berkesan terutama untuk suami dan anak saya yang baru pertama kalinya pergi kesana.

Walaupun sebenarnya travelling kami menyenangkan, tetapi ada hal yang sedikit mengganggu kenyamanan kami, utamanya karena rental mobil yang kami sewa sangat mengecewakan kami sejak awal sampai selesai. Dari supir yang tidak profesional, ngeyel, ngambekan, dan mobil yang tak begitu nyaman digunakan karena interiornya yang kurang menarik, body mobil yang besar dan tidak support untuk medan yang berkelok-kelok dan sempit dari Makassar-Bone dan Bone-Makassar (kiri kanan jurang). 

Mengingat pengalaman yang kurang nyaman saat perjalan kemaren, tahun ini jika kami mudik, kami berencana Untuk membawa mobil sendiri dari Balikpapan saja. Perjalanan Balikpapan ke Sulawesi selatan juga bisa via kapal laut koq teman-teman, dengan menggunakan kapal ferry Balikpapan - Pare-pare. Saya sudah bermimpi untuk menggunakan mobil yang memenuhi kriteria yang saya tetapkan, yaitu:

  1. Mobil kecil, agar bisa masuk kapal ferry, turun dari kapalnya juga gampang. 
  2. Bisa melewati medan jalan yang sempit dan berkelok-kelok, naik turun bukit. 
  3. Tampilan eksteriornya agresif, body kokoh, sporty, dan membuat kami PeDe serta puas saat mengendarainya. 
  4. Tampilan interiornya juga harus berkualitas, kabin yang luas dan nyaman dilengkapi dengan pemutar audio (CD/MP3/USB).
  5. AC mobil yang dingin dan dilengkapi dengan Air Fresh Lever, sehingga saat kami melewati daerah pedesaan/pegunungan yang dingin kami bisa mengalirkan udara alam yang segar kedalam mobil tanpa perlu membuka kaca mobil.
  6. Didukung dengan safety seperti seat belt di front seat dan rear seat, serta dilengkapi airbag.
  7. Berteknologi canggih, yang ada power window-nya dan juga dilengkapi dengan kaca spion elektrik.
  8. Bagasi mobilnya harus luas, walaupun mobilnya kecil. Karena saat mudik nanti pasti banyak koper yang akan kami bawa.
  9. Harga mobilnya juga mesti bersahabat dengan saya yang hanya PNS biasa.
  10. Yang terpenting adalah mesinnya, mobil tersebut punya mesin yang bagus, tangguh dan mampu mencapai kecepatan tinggi dengan mudah, serta hemat bahan bakar karena kami akan menempuh perjalanan jauh.

Setelah membuat list kriteria mobil impian saat mudik nanti, saya lalu melirik-lirik beberapa mobil yang menurut saya pas dengan kriteria saya. Dari beberapa pilihan yang ada, mobil yang paling memenuhi kriteria saya adalah Toyota Agya type TRD S. Tampilannya yang kokoh, sporty, tangguh membuat saya jatuh cinta sejak pandangan pertama. Oi mamaaaaakkkk.... keren betul mobil ini nah, kubeli juga ini kalau dapat gaji 13 nanti hehehe. Warna putihnya begitu menggoda, udah ngebayangin aja travelling pulang kampung untuk lebaran nanti dengan mobil kece badai ini. Pasti orang-orang sekampung disana terkesima melihat mobil baru, keren, dan orang-orang cantik dan ganteng didalamnya. Hemmm.... bisa jadi nanti mobil saya diarak keliling kampung, dengan anak-anak berlarian mengejar kami untuk minta uang angpao, hehehehe. Oh Toyota Agya type TRD S kau membuatku mupeng untuk dapat memilikimu.



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...