Asyiknya memancing bersama keluarga di Muara Badak

Tuesday, June 03, 2014 | me |
Muara Badak? Dimana itu? Disana banyak binatang Badak kah? Pertanyaan seperti itu mungkin sering ditanyakan bagi orang-orang yang belum mengenal Kalimantan Timur, seperti saya ini. Ya, Muara Badak itu merupakan nama salah satu kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, daerah ini terkenal karena merupakan penghasil minyak bumi dan gas alam-nya (infonya bisa di lihat di wikipedia). Selain sebagai penghasil minyak bumi dan gas alam, ternyata Muara Badak menyimpan kekayaan alam lainnya, yaitu kekayaan baharinya. Siapa menyangka Muara Badak merupakan daerah penghasil ikan laut dan tambak yang cukup besar di Kalimantan Timur. Saya tidak akan pernah tau kalau saja saya tidak berkunjung kesana tanggal 27 Mei 2014 yang lalu.

Memanfaatkan moment banyaknya hari "kejepit" di akhir bulan Mei, saya dan suami berinisiatif untuk cuti dan  pergi memancing bersama keluarga dan teman-teman suami ke Muara Badak. Acara sudah di setting oleh teman-teman suami yang memang sudah sering mancing kesana, segala perlengkapan memancing seperti kail, umpan, kapal, box ikan dan lainnya sudah disiapkan oleh mereka, kami hanya kebagian tugas untuk menyiapkan makanan, minuman dan snack untuk bekal kami. 

Here we go... Selasa, 27 Mei 2014 jam 04.00 kami berangkat dari Samarinda ke Muara Badak dengan 2 mobil. Jarak tempuh kesana  kurang lebih 1,5 jam dengan suasana subuh yang berkabut, jalan yang turun naik, berkelok-kelok (banyak tikungan tajam) dan jalan yang banyak rusak, akhirnya kami sampai di Muara Badak, tepatnya di Desa Toko Lima. Lucu ya namanya, hihihi... Di Toko 5 ini kami istirahat sejenak untuk sholat subuh di mesjid, sarapan di warung didekat tempat pelelangan ikan dan membeli umpan udang sungai yang masih hidup. Kenapa harus udang sungai yang masih hidup? Katanya memang ikan disini hanya mau makan umpan udang yang masih bergerak alias hidup. Kami juga menikmati sunrise di muara sungai itu, subhanallah indah sekali. Allah maha besar yang menciptakan alam ini dengan sangat indahnya. Alhamdulillah, saya bisa menikmati matahari pertama di umur saya yang ke 29 di tempat ini.


Jam 6.30 pagi kami melanjutkan perjalanan kami ke tempat kapal yang akan kami sewa, saya lupa nama desanya, pokoknya masih masuk lagi dari Toko Lima, kurang lebih 10-20 menit, akses jalannya sudah lumayan bagus dan dibeton. Kami melewati perkampungan warga yang cukup ramai dengan aktivitas anak-anak yang sedang berolahraga dan bermain di lapangan olahraga didepan rumah mereka. Desa ini sudah tergolong maju kalau menurut saya, ada masjidnya, rumah warganya tertata rapi, drainasenya bagus dan desanya bersih. Dari bahasanya saya mengetahui bahwa mereka rata-rata dari etnis bugis. Tak heran memang, karena daerah pesisir kaltim ini memang mayoritas masyarakatnya adalah dari etnis bugis. Eh serasa dikampung halaman ji saya, hehe.


Sesampainya didesa tersebut kami langsung menuju kapal yang sudah disiapkan oleh nelayan yang punya kapal, menyusuri jembatan kayu ulin yang masih kokoh walaupun sudah terlihat tua. Dikelilingi dengan pohon bakau dan nipah, desa ini langsung membuat kami benar-benar rileks dan sumringah (maklum dah lama gak pergi ke kampung, hehe). Apalagi bagi saya dan ibu saya, suasana desa ini mirip banget dengan kampung halaman kami di Desa Sungai Rengas pedalaman Pontianak sana. Kami benar-benar bernostalgia, serasa pulang kampung. Bismillah, setelah semuanya siap kami langsung berangkat menyusuri sungai
Muara Badak yang terkenal dengan banyak ikannya itu. 



2 Kapal yang kami sewa tergolong cukup sederhana, dengan bunyi mesin yang berisik, tanpa tutup atau tenda, kebayang gak nanti kami akan kepanasan pas siang hari. Kami ditemani oleh seorang pemandu yang merupakan nelayan pemilik kapal tersebut. Menyusuri muara sungai kami takjub dengan pemandangan yang disajikan sang pencipta yang sangat indah, udara yang masih segar dan airnya yang masih jernih serta sungainya yang bersih. Subhanallah, memang tak salah kami memilih untuk memancing disini. Ditengah jalan kami berpisah dengan kapal teman kami dan mulai mencari spot memancing yang tepat. Spot memancing pertama kami memilih untuk memasuki anak sungai kecil yang dikiri kanan sungainya ditumbuhi oleh pohon bakau dan nipah, pada saat itu kondisi air sungai sedang surut. Lemparan kail pertama dimulai, bismillah. Tak sampai sepuluh menit tangkapan pertama kami dapat, dari kailnya bli Komang  teman suami saya yang memang jago mancing. Gak mau kalah selang beberapa menit saya pun berhasil strike, hasilnya lumayan, ikan kerapu ukuran sedang yang saya dapatkan, disusul suami dan ibu saya. Dari spot pertama kami berhasil mendapatkan 6 ekor ikan kakap putih, kerapu dan terkulu. Alhamdulillah.

Waktu terus beranjak dan kami pun berpindah-pindah dari spot satu ke spot lainnya. Teman-teman kami dari kapal lainnya juga tak kalah hebohnya dengan kami, tak ayal suara gaduh kami yang berlomba-lomba strike lumayan menyita perhatian kapal-kapal lain yang juga sedang memancing. Cuaca yang mulai panas membuat kami semakin gerah, kami pun akhirnya mencari spot baru dibawah pohon yang rindang. Spot baru ini ikannya tak begitu banyak, karena air juga semakin surut, yang banyak muncul hanya ikan Tembakul yang bermain-main dilumpur. Situasi ini kami manfaatkan untuk beristirahat sejenak dan makan siang sekedarnya dari bekal yang kami bawa. Setelah selesai beristirahat kami melanjutkan mencari spot baru untuk memancing, di spot ini hasil tangkapan kami lumayan. Ibu saya yang paling banyak strike. Mamak jagoan :D

Abang Seno juga tak mau kalah, dia pun belajar memancing untuk pertama kalinya dan berhasil membuat mata kail nyangkut di dasar sungai, hehehe. Pengalaman pertamanya ini sangat mengesankan, paling tidak dia juga tau dari mana asal ikan yang dia makan setiap hari, ada nelayan yang seharian berjemur di sungai atau dilaut untuk menangkap ikan dan itu tidak mudah mendapatkannya. Tak berapa lama, karena tak kunjung mendapatkan ikan diapun menyerah dan memilih untuk tiduran-tiduran di bawah tenda (dadakan) bersama Bapak saya. Untuk mengusir kebosanan yang mulai menyerangnya, ipad pun saya keluarkan supaya dia bisa tenang bermain game dan kami tenang memancing. Cara ini rupanya cukup membantu membuatnya tenang, sebelum akhirnya dia "mengganggu" mamak saya untuk dibuatkan pop mie dan susu. Anak yang satu ini memang luar biasa semangat makannya.

Bapak saya yang ikut bersama kami walaupun agak "terbatas geraknya" cukup menikmati acara memancing ini dengan duduk saja dibawah tenda sembari tidur-tiduran sambil menemani abang Seno. Suasana seperti ini benar-benar membuat kami bahagia. Alhamdulillah.
Waktu terus beranjak dan menunjukkan pukul 15.30 sore, ikan-ikan pun sepertinya sudah mulai enggan memakan umpan kami karena air sudah mulai pasang dan arusnya cukup deras, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Cuaca juga sudah cukup mendung kami khawatir jika turun hujan bisa-bisa kami kebasahan karena tenda kapal yang kecil tak cukup menampung kami ber 8 orang. 





Hasil tangkapan kami dibanding grup teman kami di kapal satunya memang tidak seberapa, tapi alhamdulillah karena kami dapat bermacam jenis ikan dari kerapu, terkulu, kakap kerisi sampai pari. Ikan-ikan ini juga sudah berhasil membuat kami kegirangan saat strike, rasanya gimana ya, senangnya luar biasa ketika ada ikan yang berhasil nyantol di kail kita. Namun perasaan senang gak bisa dirasakan salah satu teman kami (lupa namanya) karena dari pagi sampai sore dia melempar kail tak satupun ikan yang berhasil dia dapatkan, apes banget dah :D

Sesampainya di dermaga kamipun bersiap untuk pulang. Sambil menunggu teman dari kapal yang satunya lagi, saya dan ibu memutuskan untuk mampir ke rumah warga dan membeli ikan asin dari rumah warga nelayan. Lumayan murah harganya, kami pun borong 3.5 kg ikan asin untuk dijadikan oleh2 untuk tetangga 2(karena malu hasil tangkapannya sedikit, hihi).

Diperjalanan pulang kami memutuskan untuk mampir sebentar di desa Toko Lima. Ternyata sore hari disana sangat ramai, karena para nelayan sudah pada pulang dan menjual hasil tangkapannya di Tempat Pelelangan Ikan. Kamipun dengan semangat 45 menghampiri keranjang-keranjang ikan yang berjejer. Wah ternyata kami terlambat, karena ikan-ikan laut yang besar-besar sudah dibeli para tengkulak, yang tersisa hanya ikan tambak seperti bandeng dan nila. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan-jalan di pinggir dermaga TPI, kerumah-rumah warga yang berada dipinggiran sungai dan berharap ada dari mereka yang baru pulang dari melaut dan mendapatkan ikan yang masih segar-segar. Hasil keliling-keling kami tak sia-sia, akhirnya kami bertemu dengan nelayan yang baru pulang dari laut dengan hasil ikan-ikan laut. Kamipun kalap memborong ikan Barakuda, Bawal Hitam, Terkulu, Julung2, Puput dan lain-lain. Harga ikannya di bandrol sama, cuma Rp 15.000,- murah kan. Kecuali bawal yang harganya Rp 60.000,-. Harga yang sangat murah untuk ikan yang sangat segar yang baru didapat. Wah kami pesta ikan hari itu. Puas sekali rasanya. Tak terasa hampir 1 jam kami berkeliling di dermaga desa Toko Lima. Sudah jam 18.30 sore, saatnya pulang ke Samarinda lanjut ke Balikpapan. Alhamdulillah perjalanan kami dari Muara Badak ke Balikpapan (mampir sebentar 1 jam di Samarinda) berhasil kami tempuh dalam waktu 4 jam saja. Jempol untuk suami saya yang super ngebut dan berhasil membuat kami terus berdoa dan dzikir sepanjang jalan.  

Sebelum meninggalkan dermaga ikan Desa Toko Lima, saya sempat mengabadikan beberapa moment sunset disana, dari kamera BB saya yang cuma 5 MP ini, yah lumayan lah untuk kelas pemula, hehe. Ini dia beberapa foto yang berhasil saya ambil menjelang sunset disana, bagus ya suasananya. Kami pasti akan merindukan moment ini dan suatu saat pasti akan kembali lagi kesini. 







5 comments:

  1. Seru ya mel.. Keluar dari rutinitas.. Liburnya kan panjang tuh, mana kisah perjalanan lainnya? ;)

    ReplyDelete
  2. pengen bisa kaya gitu.... huaaaaaaaaa :-D

    ReplyDelete
  3. mbak Dini: iya mbak seru banget, walaupun kulit menghitam setelah itu, tapi hitamnya eksotis lah hehehe. Jalan2nya cuma itu aja mbak, sisanya dirumah aja prepare acara akikahan abang Seno dan syukuran rumah :D

    mbak Icha: Ayok mbak Icha, kapan ke Kaltim? nanti bisa kita atur utk mancing kesana lagi. btw, salam kenal mbak, terimakasih sudah mampir dimari :D

    ReplyDelete
  4. Top dech ceritanya. Seru dan asik banget. Enak ya dekat tempat yg bs mancing gtu. Kami disini yang jauh ke laut cuma bisa membayangkan dan melamunkannya saja hikhikhik....

    ReplyDelete
  5. mbk.. bisa dikasih tau no handphone juragan kapalnya... siapa tau ntr saaya bisa mancing bareng kelurga juga. trims

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...