Tulisan pertamaku

Wednesday, November 14, 2012 | me |
Iseng2 buka email beberapa tahun yang lalu, tepatnya 6 Februari 2007, ternyata saya pernah membuat tulisan ini dan mengirimkannya kepada seorang sahabat yang sampai detik ini pun belum pernah saya saya temui secara langsung. Katanya cara bertutur saya dalam tulisan ini seperti Ayu Utami, hehehehe... whatever lah.. saya cuma belajar menulis. And... this is it.... sedikit cerita saya tentang hujan :)
Hujan dan memoar tentang cinta
 
 
Titik-titik   hujan merangkai suasana sendu…
 
Hujan senantiasa memberi saya inspirasi-inspirasi tak terduga. Perpaduan gerak tetes-tetesnya membentuk bias-bias gambar dimana-mana, ditiap helai daun diluar sana , dikaca jendela dan juga hati saya.
Tentang yang ada dihati saya, entah mengapa menampakkkan sekian episode masa lalu. Flash Back… seperti film dokumenter tempoe doeloe, begitu hidup..begitu dekat.. . seperti baru kemaren.
Titik-titik hujan melagukan tema masa lalu..
 
Bicara soal hujan, saya menyebutnya bicara soal  “Destiny”. Ya… turunnya hujan kebumi adalah takdir  dari Tuhan. Ia bisa membawa kesuburan akan tetapi bisa juga menjadi penyebab bencana. Hujan adalah kehendaknya. Begitupula masa-masa yang saya lewati juga adalah kehendaknya.
Hujan selalu punya momen tersendiri bagi saya. Mungkin sedikit romantis atau cenderung melankolis tapi ini bukan hiperbola. Ya, berkali-kali saya jatuh cinta, ada saja kenangangannya dengan hujan. Walaupun tak pernah seindah seperti film-film Bolliwood.
Titik-titik hujan membuka fikiranku tentang sudah begitu lama semuanya berlalu.
 
Rasanya, terakhir musim hujan  berlalu, adalah terakhir saya mendapat keputusan bahwa seseorang yang sangat saya cintai dan saya kira bisa menemani meniti hidup, ternyata bukan takdir saya. Waktu itu cukup bingung juga untuk membedakan deras titik hujan dan tetesan air mata serta ekspresi saya yang sedikit melankolis. It’s Human being. Isn’t it?? Dikhianati memang menyakitkan. Saya trauma.
Kemudian saya juga ingat musim hujan terakhir ketika saya merasa amat damai kala merasakan jatuh cinta lagi. Lima tahun lalu, melalui sebuah Mailing List di internet. Sedikit gambling dan tak yakin memang berteman dengan seseorang dari dunia maya, walaupun dia nyata ada diseberang lautan sana . Tapi proses itu terus berjalan, menjajaki pribadi satu sama lainnya, hingga memasuki pertengahan tahun ketiga dari perkenalan itu akhirnya saya mulai berani sedikit terbuka terhadap perasaan saya.Keyakinan itu semakin bertambah ketika dia menyatakan ingin bertemu dengan saya. Nekad. Ah, rasanya tak mungkin. Tapi saat itu 25 Februari 2006, sabtu siang hujan mengguyur kota khatulistiwa, dia berdiri tepat dihadapan saya. Unbelievable. Itu pertama kalinya saya melihat orang yang slama ini saya fikir cuma iseng saja.
Hampir setahun berlalu, cinta itu hampir tak dapat dipercaya, tapi dia ada dan semakin dekat. Saat ini saya sedang menghitung hari menunggu datangnya 25 Februari kedua. Dimana pada saat itu, pangeran bebek itu akan datang menjemput saya dan membawa saya keistanannya (pastinya dengan tidak membawa virus flu burung J )
Titik hujan menyadarkan saya tentang takdir Tuhan….
 
Memang cinta itu bukan hak. Betapapun saya pernah mencintai seseorang dengan sepenuh jiwa dan menganggap dia adalah jodoh saya, tapi ternyata salah. Malahan orang yang dulunya sama sekali tak pernah ada dalam mimpi saya sekalipun, bahkan saya sebut dengan “Pangeran Bebek” ternyata adalah jodoh yang Tuhan berikan untuk saya, InsyaAllah.
Titik-titik hujan itu mengajarkan saya menikmati hidup apa adanya…
 
Hujan tak pernah dibuat-buat. Dia turun sesuai perintah sang empunya. Dia juga tak pernah menyesal telah membasahi bumi. Begitu pula hidup, mestinya berjalan apa adanya, menikmati setiap kehilangan, keperihan yang perlahan menjelma menjadi nikmat. Nikmat bersabar, nikmat mencari hikmah dengan menghayati luka itu sendiri tanpa penyesalan.
Ya, mengapa kita mesti protes ketika kehilangan cinta atau ketika belum menemukan Soulmate? Mengapa tak percayakan saja semuanya pada Tuhan? Biarlah dia saja yang menggantikan dengan yang lebih baik atau memberikan yang terbaik. Nanti.
Akhirnya…
Wajah-wajah masa lalu itu tinggal abadi di album hati. Sperti slide yang otomatis terputar kapan saja hati ini kosong. Dan dari situlah kehilangan menjadi lebih bermakna. Bukankah kedewasaan itu datang setelah kita bisa mengendalikan diri kita? Untuk tetap tabah, untuk tidak menggerutu atas takdir yang maha kuasa dan untuk senantiasa tegar melangkah.
“Believe in  Allah, someone in somewhere is made for you”*
 
 
 
 
* Kata bijak seorang teman, yang membuat saya semakin yakin kepada Tuhan saya”

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...