Still in my heart, a theater of mind

Thursday, September 26, 2013 | me |
Hari ke 27 bulan September 2013

Listen to the radio
And you will hear the songs you know
Make it effervescent here
And you might have a job my dear
(Robby Williams-Radio)

Jakarta pagi ini cerah, alhamdulillah saya masih diberi umur hingga bisa bangun pagi ini jam 4.30 WIB untuk sujud dan bersyukur kepada Allah sang pemberi hidup. What a wonderful life ketika saya bangun saya masih dalam keadaan sehat, beranjak dari tempat tidur dengan mudah tanpa ada rasa sakit, merasakan dingin dan segarnya air membasahi tubuh saya, masih ringan menggerakkan anggota badan ketika sholat, dan masih bisa mengeluarkan suara untuk dzikir dan berdoa. Hidup setiap harinya adalah berkah.

Siaran Motion Radio pagi ini jadi pengiring saya berkendara motor menuju kantor, diawali dengan lagu pembuka siaran Sapa Pagi yaitu lagu "Indonesia Raya" sayapun ikut bersenandung, semangat nasionalisme berkobar saudara-saudara. Merdekaaaa!!!!!

Dengar siaran radio, saya jadi sangat rindu dengan dunia yang pernah membesarkan nama saya (beuh... berasa dah kayak artis aja). Dunia yang bisa membuat saya melanglang buana kemana-mana, bisa berbagi kisah inspiratif, menyemangati para pendengar, dan akhirnya mengantarkan saya berada disini. Thank God.

Titik mula jadi penyiar radio yaitu tahun 2006, berawal dari sebuah radio kecil dan masih baru mengudara, namanya "West Radio". Bang Yoga sebagai salah satu owner ketika itu meyakinkan saya kalau saya punya bakat untuk jadi seorang penyiar, suara saya katanya berkarakter seorang penyiar (jadi GR). Dia menggembleng saya selama sebulan sebelum saya resmi on air. Bang Yoga juga seorang guru bagi saya, saya belajar banyak darinya, dia juga yang mengajak saya untuk terjun di dunia Event Organizer. Bersama bang Yoga saya malang melintang di dunia EO selama 3 tahun, bermacam event kami jajal, konser musik artis ibukota, seminar, kontes band lokal, talkshow anti narkoba ke sekolah-sekolah dan lain-lain sampai akhirnya kami jadi EO tetap  KFC Pontianak kala itu. Soal gaji kala itu jangan ditanya, dari siaran saya hanya dibayar Rp 1500/jam, tapi dari EO alhamdulillah kalau eventnya sukses saya bisa dapat keuntungan lumayan. Tapi keberlangsungan Radio ini tak bertahan lama, karena ada konflik internal para pemegang sahamnya, akhirnya radio ini tutup dan saya pindah ke RRI Pontianak.

Kebayang apa rasanya siaran di RRI?? pasti difikiran kita RRI adalah radio dengan lagu-lagu jadul, radio orang tua, hampir punah dengan slogannya "Sekali di udara tetap di udara dan sekali merdeka tetap merdeka". 2 tahun saya jadi bagian dari radio itu, sebagai penyiar dan reporter laporan-laporan khusus. Disana saya banyak belajar dan memperoleh pengalaman yang beragam, seru. RRI juga  gak sejadul pikiran orang-orang lho walau ada dukanya juga ketika "dindingpun bisa bicara disana". Waktu kerja saya disana flexibel, saya siaran 4 jam sehari, sisanya saya biasa rekaman untuk produksi siaran off air, ke lapangan untuk nyari berita, atau sibuk dengan EO saya. Saya paling suka kalau dapat jadwal siaran subuh, dari jam 5 s.d. 8 pagi, karena siangnya saya bisa keluyuran "nyari duit sampingan" atau pulang untuk tidur. Tapi pernah satu kali saya telat bangun dan habislah saya dimarahin atasan karena telat buka siaran, hihihi. 

Pengalaman lainnya juga banyak, bisa siaran (tandem) dengan penyiar dari radio RTM Malaysia, jadi presenter acara-acara kebudayaan, wawancara artis, pemuka adat, kepala daerah, ngeliput acara pemilukada, pergi ke desa-desa untuk liputan pedesaan, ke sekolah-sekolah untuk acara "goes to school"  dan lain-lain. Banyak tugas yang berkesan tapi ada dua yang benar-benar mengharukan yaitu ketika saya ditugaskan ke perbatasan Indonesia-Malaysia di kecamatan Entikong Kalbar dan ketika saya liputan ke Sekolah Luar Biasa, sekolah anak-anak berkebutuhan khusus. 

Tentang siaran di perbatasan, waktu itu saya dan 8 orang teman saya dari RRI Pontianak dan PRo 3 Jakarta jadi tim perintis, yang pertama kali siaran radio disana. Bagaimana rasanya? woow... bangga donk, disana semangat nasionalisme kami sangat tinggi, berapi-api, penuh dengan misi negara untuk mencerdaskan masyarakat di perbatasan dengan acara-acara  mendidik tapi tetap menghibur. Studio kami saat itu masih sangat sederhana, hanya ada 1 studio kecil untuk saya siaran, ukurannya tak lebih dari 2x5m. Lebih dari sebulan saya disana, saya punya banyak fans (jadi artis ceritanya), siaran saya ditunggu-tunggu oleh para TKI yang ada di Malaysia karena saat itu siaran kami bisa sampai ke Kuching Malaysia. Tak jarang kami juga dikunjungi oleh para pendengar, mereka bawa buah, sayur-mayur dan makanan lainnya untuk kami. Suasana desa dengan keramahan masyarakatnya masih sangat terasa disana. Tapi dukanya adalah ketika tau suami saya sakit saya gak bisa pulang karena terikat kontrak dan gak ada penyiar selain saya disana.

Back to the radio.... Radio mungkin diremehkan, banyak yang bilang keberadaannya yang hidup segan mati tak mau. Hampir terkalahkan dengan kehadiran media hiburan lain seperti siaran televisi yang acaranya teramat sangat variatif. Sekarang untuk dengar musik orang tak perlu repot mencari siaran radio, cukup dengar MP3 saja, atau putar CD saja. Tapi radio tetap punya segmen, tetap punya penggemar setia walaupun banyak hiburan lainnya. Radio itu hiburan yang paling murah, bisa didengar kapan saja, dimana saja dan lagi ngapain aja. Benar gak? iya kan.. sambil jalan, sambil olahraga, sambil masak, sambil kerja, bahkan sambil nongkrong di toilet sekalipun (yang terakhir mungkin hanya kebiasaan saya, hehe). 

Saya termasuk orang yang mungkin istilah lebaynya "tak bisa hidup tanpa radio". Dari kecil saya suka dengar siaran radio (that's why saya jadi penyiar, semacam obsesi masa kecil untuk bisa jadi penyiar). Waktu kecil dulu, karena tinggal dikampung, masih hidup susah dan TV masih jadi barang langka, radio jadi hiburan satu-satunya. Siaran RRI kala itu sangat menarik sekali, apalagi dengan cerita-cerita sandiwara radionya. Saya cuma ingat beberapa, misalnya Saur Sepuh, Babad Tanah Tinular, Sembara. Acara anak-anaknya kala itu juga masih banyak dan selalu dinantikan setiap minggu pagi. Kalau ibu saya lain lagi, yang selalu dia tunggu adalah ceramah subuhnya dan acara jum'at siang dimana menjelang sholat jum'at selalu ada acara tilawah Al-Qur'an dengan terjemahannya yang dilanjutkan dengan siaran langsung sholat jum'at di mesjid-mesjid. Ibu saya yang guru ngaji senang sekali mendengar qori' yang mengaji, beliau menyimaknya dengan khidmat :)

Radio yang dulu tak sama lagi dengan radio yang sekarang, isi siarannya berubah mengikuti perkembangan jaman. Begitupun RRI walaupun masih punya ciri khas dengan siaran beritanya tapi banyak acara RRI yang menurut saya menurun tidak sama seperti dulu. Bukan tidak menarik, bukan pula tidak mendidik, tapi saya masih terngiang-ngiang dengan acara-acara lama yang enak untuk didengarkan.

Membanjirnya radio swasta seperti sekarang ini memberikan warna baru dan membuat kita punya pilihan beragam. Mau dengar radio yang siarannya banyak talk show ada, mau yang isinya berita mulu ada, mau yang ceria-ceria banyak leluconnya ada, radio khusus musik tertentu juga ada (khusus dangdut, pop slow, atau lagu-lagu lama), bahkan radio yang isi siarannya kurang bermutu juga banyak. Saya termasuk yang suka dengar radio yang ceria dipagi hari, ada humornya, kalau siang saya berpindah channel ke radio yang siarannya talkshow-talkshow gitu, terutama khusus membahas tentang perempuan, dengan lagu-lagu slow yang diputarkan. Hmmmm... saya hanyut dan kadang senyum-senyum sendiri.

Oh radio... siaranmu tak tergantikan, make a theater of mind, selalu ada ruang untukmu di hati saya, selalu setia menjadi "pengantar tidur". Ya... kalau tak bisa tidur, biasanya saya memutar radio dan menaruhnya disamping tempat tidur dan tak lama saya sudah tidur dengan pulas. :)

"Kau mainkan untukku sebuah lagu tentang negeri di awan di mana kedamaian menjadi istananya Dan kini tengah kau bawa  aku menuju kesana. Ternyata hatimu Penuh dengan bahasa kasih yang terungkapkan dengan pasti dalam suka dan sedih" Negeri di awan- Katon Bagaskara
--------10.45 WIB is listening 105.8 Mhz Lite FM :)







No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...