Nikmat bersyukur dan berhenti mengeluh

Monday, October 28, 2013 | me |
Akhir-akhir ini saya suka gemes kalau membuka facebook, twitter ataupun BB Messanger saya. Gemes melihat status-status alay bin lebay dari teman-teman saya yang isinya tentang keluh kesah, kemarahan terhadap orang lain, sedih, kecewa dll. Kalau sudah membaca status-status itu ingin rasanya saya menegur mereka atau menghapus mereka dari pertemanan, tapi saya tak kuasa melakukan itu. Status-status itu sedikit banyak memberikan aura negatif ke orang yang membacanya, kesannya gak enak aja.

Mohon maaf bukannya saya bermaksud jahat atau benci dengan mereka, tapi saya koq rasanya gerah ya membaca keluh kesah yang ditulis diruang publik seperti itu. Bukannya saya juga tidak pernah mengeluh sebelumnya di jejaring sosial. Ya.. saya akui dulu saya juga pernah mengeluh di situs jejaring sosial atau melalui status di BBM. Beberapa teman dekat bahkan suami secara vokal mengingatkan saya, menyentil saya bahwa tidak baik berkeluh kesah apalagi soal pribadi di ruang publik. Malu mel, malu...

Rasa malu untuk berkeluh kesah di ruang publik, akhirnya membuat saya sadar semua itu gak ada baiknya, gak ada untungnya. Buat apa? supaya orang simpati? Menyindir? Dikasihani? atau biar keren aja gitu? oh no... not anymore. Tahan diri sebelum menulis sesuatu di ruang publik, yang bersifat negatif.

Sebagai orang yang ekspresif, sebenarnya saya sulit untuk menyembunyikan kebahagiaan atau kesedihan yang saya alami. Sudah bawaan alam bahwa ekspresi saya selalu muncul berbarengan dengan kejadian yang saya alami. Salah satu wujud ekspresi yang biasanya saya lakukan adalah dengan menulisnya menjadi status di ruang publik/jejaring sosial. Sedikit norak memang terkadang, hihi. Tapi paling tidak sekarang saya sudah mengeremnya. Tidak pernah mau lagi menulis keluh kesah, kesedihan, duka, pahit yang saya alami ke ruang publik. Saya lebih senang menulis hal yang menarik, kebahagiaan, atau sepenggal kata-kata yang bisa membangkitkan semangat atau inspirasi untuk saya khususnya dan teman-teman di jejaring sosial umumnya.

Saya berusaha untuk terus memaknai hidup dengan lebih banyak bersyukur, karena begitu banyak sekali nikmat yang Allah berikan kepada saya dan keluarga saya hingga saat ini. Apa yang kurang? Sampai detik ini saya masih diberikan nikmat sehat, punya anggota tubuh yang masih lengkap tak ada cacatnya, harta yang cukup, punya pekerjaan, punya suami yang sangat baik dan sabar menghadapi saya, masih punya orangtua yang lengkap, keduanya alhamdulillah masih sehat,  punya rumah untuk pulang dan tinggal, punya kendaraan untuk bepergian, dan yang terpenting saya masih selalu dalam lindungan Allah, merasakan iman dan islam serta masih terjaga kehormatan saya sebagai seorang hamba dan seorang isteri yang berada jauh dari keluarganya. Masyaallah.... begitu luas nikmat Allah untuk saya dan keluarga.

Lalu apakah saya pantas untuk mengeluh, menghujat Allah, menggerutu? Saya malu, tak pantas rasanya saya seorang hamba yang hina ini kufur nikmat. Saya bukan siapa-siapa, tidak lebih baik dari manusia lainnya. Pantaskah saya berkeluh kesah, sementara cobaan atau ujian saya tak sepedih Rasulullah dan para sahabat pernah alami dimasanya. Sepedih apapun kesulitan, kesedihan dan kecewa yang saya alami saya berusaha untuk selalu bersyukur. Di luar sana saya tahu masih banyak sekali orang-orang yang lebih menderita, lebih sulit, dan mungkin lebih merasakan kekecewaan dari saya. Bukan saya satu-satunya.

Saya bersyukur walaupun sampai 4 tahun pernikahan saya belum dianugerahi momongan, tapi saya memiliki suami yang setia dan sangat menyangi saya dan keluarga saya. Saya bersyukur saya dan suami tidak memiliki masalah yang berarti dengan kesehatan reproduksi kami. Diluar sana bahkan ada pasangan suami isteri yang divonis mandul, mereka lebih merasakan kesedihan yang dalam dibanding kami. saya bersyukur dan saya yakin ini hanya soal waktu saja, Allah pasti berkehendak untuk memberikan amanat anak-anak yang sholeh dan sholehah kepada kami suatu saat nanti, sebagaimana dia anugerahkan kepada Nabi Zakaria.Tak henti-hentinya kami memohon kepada Allah dan berikhtiar serta bersabar untuk semua ini.

Saya bersyukur walaupun saya jauh dari keluarga dan suami seperti saat ini, tapi saya masih bisa menelpon mereka dan mengetahui kabar mereka sehat dan mereka bahagia disana. Saya bersyukur masih bisa diberikan kesempatan oleh Allah untuk menafkahi kedua orangtua saya yang telah pensiun, walaupun sebenarnya jasa-jasa mereka tak pernah bisa saya balas dengan materi apapun sampai akhir hayat saya nanti.

Saya bersyukur walaupun pekerjaan saya yang baru tidak sama seperti ditempat yang lama yang penuh tantangan dan banyak ilmu setiap harinya, tapi hati saya tentram, damai dan tidak pernah bersedih atau dongkol lagi setiap harinya. Apa yang lebih indah dari ini, tidak ada. Saya tidak ingin hidup dalam kemarahan, kebencian ataupun kesedihan apalagi dosa menggunjingkan satu atau segelintir orang yang menyakiti saya, atau yang saya tidak suka secara personal.

Saya bersyukur walaupun sampai saat ini saya masih berada di Jakarta dan belum ada kepastian bulan November atau Desember kah SK mutasi ke Balikpapan saya turun, tapi saya masih punya kesempatan yg lebih leluasa untuk menulis, untuk mengembangkan hobby saya di dunia kuliner, mengikuti kelas-kelas memasak di Jakarta. Saya bersyukur semua orang yang ada dikantor baru saya adalah orang-orang baik, atasan saya baik, rekan-rekan juga baik dan membuat saya betah. Satu yang pasti juga, bahwa kepindahan saya tinggal menunggu waktu saja.

Sebenarnya mengeluh atau bersyukur itu adalah pilihan hati, dan saya pun lebih memilih untuk mensyukuri semua nikmat Allah. Apa yang lebih indah dari bersyukur? Apapun yang saya alami, semuanya ada hikmah dibalik itu semua. Saya telah melewati bermacam cobaan, ujian bahkan teguran dari Allah. Hanya dengan istighfar, mohon ampun dan bersyukurlah saya bisa melewatinya. Cobaan atau ujian dari Allah saya yakin tidak akan ada habisnya, akan ada selalu ada selama saya hidup, tapi semuanya pasti ada jalan keluarnya, ada hikmahnya. 

Saya tidak ingin menjadi manusia kerdil dengan mengeluh sepanjang hidup saya dan melupakan betapa banyak nikmat Allah yang telah diberikan. Ketika keluhan mulai menghampiri dihati, saya selalu ingat kalimat Allah  dalam surah Ar Rahman, Allah selalu mengulang-ngulang kalimat "“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”. Kalimat Allah itulah yang selalu membuat saya sadar, bahwa tidak ada satupun nikmat Allah yang bisa saya dustakan. Dibanding mengeluh, saya lebih memilih untuk bersyukur, bersyukur untuk hidup yang sudah diberikan, bersyukur untuk semua nikmat tak pernah kurang.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Se- sungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS.ar Ra’d [14] : 7).





No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...