Identitas sebagai muslimah

Wednesday, October 30, 2013 | me |



Beberapa hari gak menulis itu rasanya seperti ada yang terlewatkan. Walaupun tulisan kali ini tulisan saya hanya berkisah tentang kejadian yang saya alami dua hari yang lalu, kejadian yang membuat saya sangat marah sekaligus sedih.

Selasa malam, ketika itu saya kehujanan diperjalanan pulang menggunakan trans jakarta dan memilih untuk singgah di halte harmoni. Saya mampir ke carrefour untuk sholat maghrib dan membeli payung baru dan beberapa makanan untuk stok 1 minggu di kost-kostan. Ketika melewati salah satu lorong di carrefour saya berpapasan dengan pasangan yang lebih mirip “suami istri”, saya pun bereaksi biasa saja melihat mereka hingga sampai akhirnya saya sedikit shock ketika suaminya yang dari ras kulit hitam afrika menyapa saya “Hai” sembari tersenyum yang bagi saya itu aneh dan menjijikkan. 

Pikir saya waktu itu, orang ini benar berusaha untuk ramah atau apa ya? Tapi perasaan saya mengatakan orang ini gak benar deh. Ah tapi sudahlah, saya coba skip dan melanjutkan kegiatan belanja saya sembari mendorong troller. Tak selesai sampai disitu, ternyata saya berpasasan lagi dengan si lelaki kulit hitam berperawakan tinggi besar, botak dan “mengerikan” itu. Benar saja dugaan saya diawal, bahwa dia lelaki kurang ajar, karena saat berpapasan kedua kali dengan saya dia kembali beraksi, kali ini lebih berani. Dia menyapa saya sembari mengangkat-angkat alisnya. Seketika saja saya langsung bereaksi dong. Saya langsung melotot ke dia, sambil bilang “kamu jangan kurang ajar ya sama perempuan muslim, sekali lagi kamu begitu saya bisa labrak kamu didepan istri kamu?” Sure... dia kaget dengan reaksi saya dan saya pun memilih untuk melongos pergi setelah puas memarahi dan melotot ke dia.

Emosi sayapun masih tak terkendali setelah kejadian itu. Rasa marah dan sedih saya rasakan saat itu. Saya marah karena bagaimana bisa ada seorang lelaki seperti itu yang bisa bersikap kurang ajar kepada seorang muslimah, jelas-jelas kelihatan dari sosok saya yang sudah menikah, menggunakan cincin kawin, dan dengan pakaian yang tidak membentuk tubuh serta jilbab lebar menutup dada. Saya marah karena merasa seperti dilecehkan, itu kejadian terburuk yang pernah saya alami setelah saya menikah. Saya pun sedih, karena kejadian ini terjadi karena saya sendirian tanpa ditemani muhrim saya. Mungkin kejadian ini tidak terjadi kalau saat itu ada suami yang menemani atau ada saudara atau teman perempuan bersama saya. 

Inilah yang paling menyedihkan ketika hidup sendirian di rantau orang dan jauh dari keluarga. Walaupun begitu, dibalik kejadian itu saya masih mencari-cari ada hikmah apa dari kejadian ini? Pasti ada yang ingin Allah sampaikan ke saya, atau mungkin ini juga teguran untuk saya supaya jangan sering-sering keluar sendirian apalagi malam tanpa ada yang menemani. Wallahu’alam.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...