Rindu berlayar bersamamu lagi Bapak :)

Wednesday, October 23, 2013 | me |


Hingga hari ini ini saya masih merantau dan bekerja di Jakarta. Perkiraan saya untuk dapat mutasi ke Balikpapan setelah idul adha kemaren meleset, karena alasan administrasi. Akhirnya dengan berat hati mesti balik lagi ke Jakarta, meninggalkan orangtua, suami dan anak angkat saya. Sedih lagi melihat wajah mereka yang berat melepas, terutama Bapak. 

Sebenarnya merantau memang bukan hal baru bagi saya. Darah perantau saya dapatkan dari Bapak, seorang lelaki Bugis yang merantau sejak usia remaja. Bapak saya yang berasal dari Kabupaten Bone Sulsel, beliau mulai merantau dengan menjadi Anak Buah Kapal kapal pinisi (kapal bugis). Dulu di tahun 70an Bapak bilang, dia masih merasakan berlayar hanya dengan menggunakan layar, tanpa mesin. Berbulan-bulan beliau dilaut. 

Bapak hanya mengenyam sekolah hanya sampai bisa baca tulis hitung, tapi soal pengalaman, menaklukkan badai dilautan, mengemudikan kapal, bahkan meramalkan cuaca secara manual jangan ditanyakan. Bapak saya hebat. Beliau nahkoda handal, beliau telah menjelajah hampir seluruh wilayah Indonesia dengan kapal pinisi, beliau dicintai anak buahnya dan juga disegani oleh teman dan koleganya. Beberapa kali kapalnya pernah karam, dan berhari-hari terapung dilaut, namun alhamdulillah beliau selamat. 

Kenangan terindah saya bersama bapak adalah waktu saya kecil, dengan kapal pinisinya. Saya sering diajak Bapak main ke pelabuhan pada saat bapak pulang dari berlayar dan ikut berlayar saat libur sekolah tiba. Saya dikenalkan banyak hal tentang kapal dan laut. Saya dilihatkan peta untuk mengetahui rute mana yang akan dilewati kapal, berapa jarak dan waktu tempuhnya. Bapak juga mengajarkan sekilas tentang cara mengemudikan kapal, mengajak saya melihat kamar mesin yang letaknya di dek paling bawah kapal, ruangannya gelap dan ribut suara mesin. Di laut bapak mengajak saya memancing ikan tenggiri. Pengalaman paling seru adalah berlayar dengan Bapak adalah ketika saya diajak ke pedalaman kabupaten Sambas, dan juga ke pulau Belitung.

Bapak masih terus berlayar hingga saya menikah dan bekerja, padahal usianya sudah diatas 60 tahun saat itu. Bagi bapak berlayar itu bukan hanya soal bekerja dan mencari nafkah, tapi soal kecintaan. Kecintaan beliau terhadap dunia maritim, kapal pinisi dan air laut katanya.

Akhir cerita Bapak sebagai seorang nahkoda handal adalah ketika beliau terkena stroke awal Januari 2011 yang lalu. Tepatnya di pelabuhan ketika beliau sedang memantau bongkar muat kapal. Bapak stroke karena riwayat hipertensinya dan juga pola hidup beliau yang tidak terjaga baik.

Sekarang Bapak sudah "pensiun", tepatnya dipaksa pensiun karena stroke-nya. Sedih melihat kondisi fisik beliau sekarang yang tidak seperti dulu. Bapak yang dulu gagah berdiri di atas kapal pinisinya sekarang cepat menua setelah terkena stroke. Dia yang dulu tangguh berbulan-bulan di tengah laut, sekarang sudah tak kuat dengan angin pantai dan mudah lelah. Bapak yang dulu gagah berjalan sekarang terseok-seok melangkah dengan tangan kirinya yang masih belum bisa digerakkan. Walaupun begitu Bapak tak pernah mengeluh, beliau selalu punya semangat besar untuk sembuh.
Melihat kondisi Bapak seperti saat ini rasanya sulit sekali kami bisa berlayar bersama lagi seperti dulu, tetapi kenangan berlayar bersama Bapak sewaktu kecil akan tetap membekas dihati saya dan selalu saya rindukan. Doa saya hanyalah ingin Bapak selalu dilimpahkan kesehatan, keselamatan, kebahagiaan dan umur yang panjang.Amin

6 comments:

  1. Amin YRA... 'Merinding' bacanya Mel, luar biasa pengalaman Bapak,, aku baru tau kalo ternyata beliau blum pensiun ya waktu kena stroke..

    ReplyDelete
  2. hehehe,,, iya mbak, Bapak memang pelaut ulung dan aq jelas salut dgn beliau. Bahkan sampai sekarang pun beliau masih sering bilang ke aq, kalo bapak udah sehat lagi bapak mau kerja kapal lagi, biarpun jadi ABK gak apa-apa. Langsung nyesek rasanya hatiku, matapun berkaca-kaca. aku senangnya, walaupun bapak dah pensiun, mantan ABK dan kawan-kawannya sesama nahkoda kapal masih sering telpon atau datang kerumah mbak kalo berlabuh di Balikpapan. jadi bapak sedikit terhibur lah, gak merasa ditinggalkan :)

    ReplyDelete
  3. Terima Kasih partisipasinya di 2nd GA Semut Pelari ya mba :D

    ReplyDelete
  4. sama-sama mas Husni, smoga semakin menyemarakkan GA nya dengan berbagi kisah inspiratif bersama papa :)

    ReplyDelete
  5. Semoga ayahnya selalu diberikan kesehatan ya...

    ReplyDelete
  6. Amin.... terimakasih mbak Hani utk doanya. terimakasih juga sudah mampir di blog saya, salam kenal ya.. semoga kt tetap bisa silaturahim :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...